Usamah bin Zaid

Dia adalah kekasih dan maula Rasulullah SAW, serta putra maula Rasulullah SAW, Abu Zaid. 

Nabi SAW pernah menjadikannya sebagai pemimpin pasukan untuk menyerang Syam, meskipun dalam pasukan itu ada Umar dan para pembesar, dan dia hanya mau bergerak sampai Rasulullah SAW wafat. Setelah itu Abu Bakar mengirimnya untuk menyerang Balqa’.


Ada yang mengatakan bahwa dia ikut dalam perang Mut’ah bersama ayahnya. Dia tinggal di Mizah beberapa saat, kemudian kembali ke Madinah dan meninggal di sana. 

Diriwayatkan dari Usamah, dia berkata, “Suatu ketika Nabi SAW meraihku dan Hasan, lalu bersabda, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya’.” 

Menurutku, Usamah lebih tua sepuluh tahun dari Hasan.

Usamah adalah orang yang berkulit hitam, berhati lembut, cerdik, dan pemberani. Dia pernah diasuh oleh Nabi SAW dan sangat dicintai beliau. 

Dia adalah putra pengasuh Nabi SAW, Ummu Aiman. Ayahnya berkulit putih, dan oleh Rasulullah SAW diberi kabar gembira dengan sabda beliau, “Sesungguhnya telapak kaki ini memiliki kesamaan satu sama lain.”197

Diriwayatkan As-Sya’bi, bahwa Aisyah berkata, “Tidak selayaknya seseorang membenci Usamah, setelah aku mendengar Nabi SAW bersabda, 

‘Barangsiapa mencintai Allah dan Rasul-Nya maka dia hendaknya mencintai Usamah’.”

Zaid bin Aslam berkata: Diriwayatkan dari ayahnya, bahwa Umar pernah memberi bagian 3500 kepada Usamah, sedangkan untuk anaknya, Abdullah, hanya 3000, maka Abdullah berkata, “Mengapa engkau lebih mengutamakan dirinya daripada aku? Demi Allah, bukankah dia tidak menjawab seruan jihad lebih cepat dariku?” Umar menjawab, “Karena ayahnya lebih dicintai Rasulullah SAW daripada ayahmu, dan dia lebih dicintai Rasulullah SAW daripada dirimu.”

Setelah itu aku lebih mencintai Rasulullah SAW daripada diriku sendiri. 

Hadits ini dinilai hasan oleh At-Tirmizi.

Ibnu Umar berkata, “Ketika Rasulullah SAW mengangkat Usamah sebagai pemimpin, yang lain pun mencela kepemimpinannya, sehingga beliau bersabda, ‘Jika mereka mencela kepemimpinannya, maka mereka telah mencela kepemimpinan ayahnya. Demi Allah, sesungguhnya dia diciptakan untuk menjadi pemimpin. Dulu, dia orang yang paling aku cintai, dan sekarang anaknya adalah orang yang paling aku cintai sepeninggalnya’.”
Menurut aku, ketika dia ditunjuk oleh Nabi SAW sebagai pemimpin pasukan Islam, dia masih berumur 18 tahun. 

Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, bahwa Nabi SAW pernah menangguhkan pelaksanaan Thawaf Ifadhah karena Usamah sedang menunggunya, kemudian datanglah seorang anak berkulit hitam legam, maka penduduk Yaman berkata, ‘Kami duduk untuk menunggu ini!’ Karena itu, mereka keluar dari agama Islam.”

Waqi’ berkata, “Ada beberapa sahabat yang selamat dari fitnah, yaitu  Sa’ad, Ibnu Umar, Usamah bin Zaid, dan Muhammad bin Maslamah.”

Menurut aku, Usamah telah berhasil menggunakan peluang emas saat bersama Rasulullah SAW, ketika beliau bersabda kepadanya, “Bagaimana dengan lafazh laa ilaaha illallah wahai Usamah?”198 Dia kemudian menahan dirinya, lalu mengurung diri di rumah, sehingga menjadi lebih baik. 

Aisyah berkata, “Suatu ketika Nabi SAW ingin menghilangkan kotoran Usamah, maka aku berkata, ‘Biar aku yang melakukannya’. Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, cintailah dia, karena aku sungguh mencintainya’.” 

Menurut aku, ketika itu dia seusia dengan Aisyah.

Diriwayatkan dari beberapa jalur periwayatan, dari Umar, bahwa setiap kali bertemu Usamah, Umar berkata, “Semoga keselamatan dan rahmat senantiasa diberikan Allah kepadamu wahai pemimpin! Meskipun Rasulullah SAW telah wafat namun engkau tetap pemimpinku.”

Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Jaham, dia berkata, “Aku pernah datang menemui Fatimah binti Qais saat suaminya telah menceraikannya … ketika dia telah halal (habis masa iddah-nya), Rasulullah SAW bertanya kepadanya, ‘Apakah ada orang yang melamarmu?’ Dia menjawab, ‘Ya, Mu’awiyah dan Abu Jaham. Dia berkata, ‘Abu Jaham orang yang perangainya keras, sedangkan Mu’awiyah orang miskin yang tidak berharta.’ Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, ‘Bagaimana jika kamu aku nikahkan dengan Usamah?’  Dia menjawab, ‘Usamah!’ —dengan maksud merendahkan Usamah—. Namun dia lalu berkata, ‘Kami mendengar dan taat kepada Allah dan rasul-Nya’.

Setelah itu beliau menikahkannya dengan Usamah, lalu Allah memberikan keberkahan dan kemuliaan dengan Abu Zaid.”199 

Diriwayatkan dari Muhammad bin Usamah, dari ayahnya, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW sudah merasa berat, aku dan para sahabat yang lain datang ke Madinah, lalu menghadap beliau. Setelah itu beliau hanya terdiam. Beliau kemudian meletakkan kedua tangannya padaku lalu mengangkatnya. Aku tahu saat itu beliau sedang mendoakan diriku.”

Diriwayatkan dari Az-Zuhri, dia berkata, “Suatu ketika Ali bertemu dengan Usamah bin Zaid, lalu dia berkata, ‘Kami menganggap dirimu sebagai bagian dari diri kami sendiri wahai Usamah. Mengapa kamu tidak masuk bersama kami?’ Dia menjawab, ‘Wahai Abu Hasan, demi Allah, walaupun kamu mengambil dengan cengkeraman harimau, niscaya aku akan mengambil dengan cengkeraman yang lain bersamamu, sampai kita mati atau hidup semuanya. Demi Allah, aku tidak akan ikut terlibat dalam masalah yang sedang kamu hadapi sekarang ini’.” 

Usamah bin Zaid wafat di daerah Jurf.200

Diriwayatkan dari Al Maqburi, dia berkata, “Ketika aku sedang menyaksikan jenazah Usamah, Ibnu Umar berkata, ‘Segerakan penguburan jenazah kekasih Rasulullah SAW (Usamah) sebelum matahari terbit’.”
Dia wafat pada akhir masa Kekhalifahan Mu’awiyah.

sumber: an-nubala

1 comment: