tag:blogger.com,1999:blog-29180773958702302752024-03-17T20:03:43.821-07:00Kumpulan Kisah Para Sahabat Nabi SAWCara mudah mengenal profil para shahabat Nabi SAWtrans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.comBlogger337125tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-8149770370437740102014-05-09T02:28:00.002-07:002023-01-08T03:24:26.803-08:00Shafwan bin Umayyah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Ibnu Khalaf Al Qurasyi Al Jumahi Al Makki.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Dia masuk Islam setelah pembebasan kota Makkah. Dia meriwayatkan beberapa hadits. Keislamannya baik dan ia menjadi amir di Kurdus. Ia juga ikut dalam perang Yarmuk.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Dia adalah tokoh bani Quraisy. Ayahnya dibunuh bersama Abu Jahal.</span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: helvetica;"><br />
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Umar, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah berdoa pada perang Uhud, ‘Ya Allah, laknatlah Abu Sufyan, Ya Allah, laknatlah Al Harits bin Hisyam, Ya Allah, laknatlah Shafwan bin Umayyah’.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Lalu turunlah ayat, “Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima tobat mereka.” (Qs. Aali ‘Imraan [3]: 128) Setelah itu Allah menerima tobat mereka dan keislaman mereka pun baik. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Menurut aku, di antara mereka yang paling baik keislamannya adalah Al Harits. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Di dalam kitab Al Maghazi karya Uqbah dijelaskan, “Shafwan pernah melarikan diri ke laut, lalu Umair bin Wahab bin Khalaf datang menghadap Rasulullah SAW guna meminta jaminan keamanan untuk Shafwan. Nabi SAW lalu bersabda, ‘Sungguh, dia telah melarikan diri dan aku takut dia binasa, sedangkan engkau telah memberi keamanan kepada orang yang berkulit putih dan hitam’. Setelah itu Nabi SAW bersabda, ‘Susullah keponakanmu itu karena dia telah aman’.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Shafwan berkata, “Aku pernah datang menemui Nabi SAW, kemudian beliau selalu memberiku dan terus memberiku hingga beliau menjadi orang yang paling aku cintai.”</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
Shafwan bin Umayyah wafat tahun 41 Hijriyah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: helvetica;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: helvetica;">
sumber: an-nubala</span></div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-22860146397037222832014-05-09T02:26:00.001-07:002014-05-09T02:29:26.421-07:00Dihyah Al Kalbi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah putra Khalifah bin Farwah, Al Kalbi Al Qudha’i, sahabat Rasulullah SAW dan juga salah satu delegasi beliau yang ditugaskan membawa surat kepada penguasa Bashrah agar disampaikan kepada Hirqal.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad berkata, “Dihyah masuk Islam sebelum terjadi perang Badar, sehingga dia tidak sempat ikut perang Badar. Dia memiliki kemiripan dengan Jibril dan masih hidup hingga masa pemerintahan Mu’awiyyah.”<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abu Muhammad bin Qutaibah berkata dalam hadits Ibnu Abbas, “Jika Dihyah datang maka semua gadis akan keluar untuk melihatnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak diragukan lagi bahwa Dihyah adalah pria tertampan di Madinah. Oleh karena itu, Jibril pernah turun menjelma dalam wujud wajahnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara itu, Jarir adalah delegasi yang dikirim ke Madinah beberapa saat sebelum Nabi SAW wafat. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Di antara sahabat yang memiliki wajah tampan lainnya adalah Al Fadhal bin Abbas, orang yang datang ke Madinah setelah penaklukkan kota Makkah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Rasulullah SAW adalah manusia terbaik dan keturunan bani Quraisy yang paling tampan, sedangkan orang yang menyerupai ketampanan beliau adalah Al Hasan bin Ali. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Manshur Al Kalbi, dia berkata, “Dihyah pernah keluar pada bulan Ramadhan dari Mizzah menuju sebuah desa kekuasaan Uqbah di Fusthath yang berjarak sekitar 3 mil. Ketika Dihyah berbuka puasa, yang lain pun ikut berbuka bersamanya, tetapi sebagian lain menolak berbuka. Setelah Dihyah kembali ke desanya, dia berkata, ‘Sungguh, hari ini aku telah melihat suatu perkara yang tak pernah kusangka akan melihatnya, bahwa ada segelintir orang yang tidak menyukai petunjuk Rasulullah SAW dan para sahabat!’ Dihyah sengaja mengarahkan perkataan tersebut kepada orang-orang yang enggan berbuka dalam perjalanan. Selanjutnya dia berdoa, ‘Ya Allah, terimalah segala usahaku’.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dijelaskan dalam hadits shahih bahwa Shafiyyah pernah terkena anak panah Dihyah, kemudian Nabi SAW membalasnya dengan membunuh tujuh orang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Khalifah bin Khayyath berkata, “Nabi SAW pernah mengutus Dihyah menemui Kaisar pada tahun 5 Hijriyah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut aku, seperti yang Manshur ceritakan, peristiwa itu terjadi setelah perjanjian Hudaibiyah pada masa perdamaian, seperti yang disebutkan Abu Sufyan dalam sebuah hadits yang panjang, dan juga dalam hadits shahih.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: an-nubala</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-69788159247806817082014-05-09T02:25:00.000-07:002014-05-09T02:25:04.249-07:00Jarir bin Abdullah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah Ibnu Jabir, Abu Amir Al Bajali Al Qasari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia seorang pemimpin yang cerdas dan tampan. Dia termasuk orang yang mulia dari golongan para sahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
Jarir pernah berjanji kepada Nabi SAW untuk selalu memberikan nasihat kepada setiap muslim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Al Mughirah bin Syibil, dia berkata: Jarir berkata: Ketika hampir tiba di Madinah, aku menambatkan tungganganku, kemudian membuka tasku lalu mengenakan pakaianku, lantas masuk masjid —ketika itu Rasulullah SAW sedang berkhutbah— </div>
<a name='more'></a>maka orang-orang memandangku dengan pandangan tajam. Aku kemudian berkata kepada orang yang berada di sebelahku, “Wahai hamba Allah, apakah Rasulullah menceritakan tentang masalahku?” Pria itu menjawab, “Ya, Nabi SAW menceritakan tentang kebaikanmu. Beliau bersabda, ‘Akan datang kepada kalian dari jalan ini orang terbaik dari Yaman, ketahuilah bahwa di wajahnya ada sentuhan malaikat’.” Mendengar itu, Jarir berkata, “Segala puji bagi Allah.”<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut aku, Jarir sahabat yang sangat baik dan berwajah tampan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Ketika Jarir datang menemui Nabi SAW, dia diberikan bantal, tetapi dia justru memilih duduk di atas tanah. Kemudian Nabi SAW bersabda, ‘Aku bersaksi bahwa kamu tidak menginginkan suatu jabatan dan tidak pula kerusakan di bumi ini’. Setelah itu Jarir masuk Islam, lalu Nabi SAW bersabda, ‘Apabila orang mulia dari suatu kaum datang menemuimu maka perlakukanlah dengan hormat!’.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibrahim An-Nakha’i meriwayatkan dari Hammam, bahwa Hammam pernah melihat Jarir buang air kecil kemudian berwudhu, dan dia mengusap kedua sepatunya. Setelah itu aku bertanya kepadanya tentang hal itu, dan dia menjawab, “Aku melihat Nabi SAW melakukannya.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibrahim kemudian berkata, “Hal itu mengherankan mereka, karena Jarir merupakan sahabat yang terakhir masuk Islam.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Jarir, bahwa Nabi SAW pernah berkata kepadanya, “Maukah kamu menjauhkanku dari Dzil Khalashah (Baitu Khat’am)?” Yang ketika itu dikenal dengan sebutan Al Ka’bah Al Yamaniyyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami pun menghancurkannya atau membakarnya hingga kami meninggalkannya dalam keadaan rusak layaknya kuda berkudis. Lalu dia mengutus seorang delegasi kepada Rasulullah SAW untuk memberikan kabar gembira kepadanya. Nabi SAW lantas memberikan berkah kepada kuda Ahmas beserta penunggangnya sebanyak lima kali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibrahim meriwayatkan bahwa aku (Jarir) pernah berkata, “Wahai Rasulullah, aku tidak bisa naik kuda.” Nabi SAW lalu meletakkan tangannya di atas wajahku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam hadits Yahya Al Qaththan dijelaskan bahwa Nabi SAW meletakkan tangannya di atas dadaku, seraya berdoa, “Ya Allah, jadikanlah dia seorang pemberi petunjuk dan yang ditunggu-tunggu.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam riwayat lain disebutkan, “Aku (Jarir) berangkat dengan 150 penunggang kuda dari Ahmas.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jarir mengatakan bahwa Umar bin Khaththab pernah melihat diriku bertelanjang dada, maka Umar memanggilku dan berkata, “Ambillah serbanmu!” Aku pun mengambil serbanku. Kemudian aku mendatangi orang-orang lantas bertanya, “Ada apa dengannya?” Mereka menjawab, “Ketika beliau melihatmu telanjang dada, dia berkata, ‘Aku belum pernah melihat seorang manusia pun memiliki wajah setampan ini kecuali pria yang pernah diceritakan, yaitu Yusuf AS’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Umair, dia berkata, “Ibrahim bin Jarir menceritakan kepadaku bahwa Umar pernah berkata, ‘Jarir adalah Yusuf umat ini’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Asy-Sya’bi, dia berkata, “Pada waktu perang Qadisiyah, di dalam tenda Sa’ad bin Abu Waqqash ada Jarir bin Abdullah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jarir bin Abdullah wafat tahun 51 Hijriyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: an-nubala</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-29625300628730261992014-05-09T02:20:00.002-07:002014-05-09T02:20:47.003-07:00Ka’ab bin Malik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah Ibnu Abu Ka’ab Al Anshari Al Khazraji. Dia pernah ikut dalam perjanjian Aqabah dan perang Uhud.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ka’ab adalah seorang penyair, sahabat Rasulullah SAW, dan salah satu dari tiga sahabat yang berkhianat kepada Rasulullah SAW. Namun kemudian dia bertobat kepada Allah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abu Hatim berkata, “Ka’ab adalah penduduk Shuffah, lalu dia mengalami kebutaan pada masa pemerintahan Mu’awiyah.”</div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Abdurrahman bin Ka’ab menceritakan dari ayahnya, bahwa Ka’ab pernah berkata, “Ya Rasulullah, sungguh Allah telah menurunkan sesuatu yang tidak enak tentang para penyair.” Nabi SAW menjawab, “Sesungguhnya para mujahid itu berjihad dengan pedang dan lisannya. Demi Dzat yang jiwaku dalam tangan-Nya, sungguh kamu nampak seakan-akan telah melempar mereka dengan anak panah.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sirin berkata, “Ketika Ka’ab bercerita tentang perang, dia berkata, ‘Kami dulu melakukannya dan sekarang pun melakukannya’. Dia kemudian memunculkan rasa takut dalam hati musuh. Sedangkan Hassan biasa menceritakan aib dan hari-hari mereka, sementara Ibnu Rawahah adalah orang yang merubah mereka menjadi kafir.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, suku Daus masuk Islam lantaran mendengar senandung bait syair Ka’ab,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami telah menghabisi semua keraguan suku Tihamah</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan Khaibar, kemudian kami menyatukan pedang</div>
<div style="text-align: justify;">
Kami memilih pedang itu, dan seandainya ia bisa berbicara</div>
<div style="text-align: justify;">
Maka dia akan memilih menyerang Daus atau Tsaqif204</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia wafat tahun 40 Hijriyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata: Aku mendengar Ka’ab berkata, “Aku tidak pernah ketinggalan dalam perang bersama Rasulullah SAW sampai dengan perang Tabuk, kecuali perang Badar dan aku lebih senang tidak ikut perang Badar daripada ketinggalan berba’iat pad malam Aqabah.205 Setiap kali Rasulullah SAW menghendaki peperangan, beliau mengobarkannya terlebih dahulu. Ketika perang Tabuk terjadi, Rasulullah SAW ingin agar umat Islam bersiap-siap semaksimal mungkin. Tetapi pada saat itu aku sedang kaya dan aku ingin menikmati kenyamanan berteduh dan buah-buahan yang lezat. Keinginanku tetap seperti itu hingga beliau pergi berperang. Setelah itu aku berkata, ‘Aku akan berangkat besok, karena aku akan membeli perlengkapan, kemudian menyusul mereka’. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku pun pergi ke pasar, tetapi aku kemudian merasa letih, maka aku berkata, ‘Aku akan kembali besok’. Sayangnya, hal itu tidak aku lakukan, sehingga rasa berdosa yang semestinya menyelimuti diriku, tidak aku rasakan. Aku lantas berjalan-jalan di pasar Madinah. Tiba-tiba aku merasa sedih, karena di sana aku hanya melihat orang munafik atau orang lemah, sementara jumlah orang yang tidak ikut bersama Rasulullah SAW dalam perang Tabuk sekitar 80 orang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika sampai di Tabuk, Nabi SAW mengingatku lalu bertanya, ‘Apa yang dilakukan oleh Ka’ab?’ Seorang pria dari kaumku menjawab, ‘Ya Rasulullah, ia sedang berselimut sampai hanya ketiaknya yang terlihat’. Mendengar itu, Mu’adz berkata, ‘Jelek sekali ucapanmu. Demi Allah, kami hanya melihat kebaikan pada dirinya’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika Rasulullah SAW melihatku, beliau tersenyum sinis lalu bersabda, ‘Bukankah kamu telah menjual punggungmu?’ Aku menjawab, ‘Ya’. Setelah itu beliau bertanya lagi, ‘Apa yang menyebabkanmu tidak ikut berperang?’ Aku menjawab, ‘Demi Allah, seandainya yang di depanku adalah orang lain, tentu akan bisa menghindar dari kemarahannya dengan mencari alasan, karena aku ahli berdebat. Tetapi aku tahu wahai Nabiyullah, karena itu aku akan memberitahukan kepadamu yang sesungguhnya dan itu benar. Aku memohon ampunan kepada Allah di dalamnya...Demi Allah, tidak ada orang yang lebih tertekan dan lebih menyesal dari diriku ketika tidak bisa ikut berperang denganmu’. Nabi SAW lalu bersabda, ‘Tentang hal ini kamu benar, berdirilah sampai Allah memberikan keputusan tentang masalahmu’. Aku pun berdiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut satu riwayat, Nabi SAW melarang para sahabat untuk bercakap-cakap dengan ketiga sahabat yang tidak ikut dalam perang Tabuk tersebut.206</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu hari aku (Ka’ab) keluar ke pasar tetapi tidak seorang pun yang mau berbicara denganku dan tidak seorang pun menyapaku, hingga orang-orang yang aku kenal, bahkan tembok dan bumi seakan-akan tidak mengenal diriku. Aku kemudian berkeliling, lalu datang ke masjid dan masuk ke dalamnya untuk menemui Rasulullah SAW. Aku memberi salam kepada beliau, untuk mengetahui apakah beliau menggerakkan kedua bibirnya untuk menjawab salam!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sementara kedua sahabatku207 sangat sedih dan menangis siang malam hingga mereka tidak berani menampakkan wajah. Ketika aku berjalan di pasar, tiba-tiba ada seorang pria Nasrani datang membawa makanan, ia bertanya, ‘Siapa yang bernama Ka’ab?’ Mereka lalu menunjukku. Setelah itu ia menyerahkan surat dari Raja Ghasan yang berisi: Amma ba’du, aku mendapat berita bahwa sahabatmu sangat membencimu dan menjauhimu. Jangan bersedih dan jangan merasa hina! Datanglah kepada kami, niscaya kami akan mencukupimu’. Setelah membaca surat itu, aku langsung menyalakan api lalu membakarnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba aku mendengar seruan dari puncak gunung Sala’,208 ‘Bergembiralah wahai Ka’ab bin Malik’. Aku pun langsung bersujud. Kemudian datang seorang pria berkuda dengan suara yang lebih cepat dari suara kudanya, dia menyampaikan kabar gembira meskipun dia masih berada di atas kudanya. Aku kemudian memberikan pakaianku kepadanya sebagai hadiah untuknya, sedangkan aku mengenakan pakaian yang lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Penerimaan tobat kami itu kemudian disampaikan kepada Nabi SAW saat sepertiga malam terakhir. Ummu Salamah lalu bertanya, ‘Ya Nabiyallah, tidakkah kita memberi kabar gembira kepada Ka’ab?’ Nabi SAW menjawab, ‘Tidak apa-apa’. Setelah itu aku datang menemui Nabi SAW yang ketika itu sedang duduk di masjid dan dikelilingi oleh para sahabat. Beliau kelihatan bersinar laksana sinar rembulan. Beliau lantas bersabda, ‘Bergembiralah wahai Ka’ab atas kebaikan yang datang kepadamu pada hari ini!’ Kemudian Nabi SAW membaca sebuah ayat kepada mereka, ‘Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan...’ (Qs. At-Taubah [9]: 118)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, turun juga ayat, ‘Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar’. (Qs. At-Taubah [9]: 119).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku selanjutnya berkata, ‘Ya Rasulullah, di antara bentuk tobatku adalah, aku berjanji akan berbicara jujur dan menyedekahkan seluruh hartaku’. Mendengar itu, Nabi SAW bersabda, ‘Simpanlah sebagian hartamu, karena itu lebih baik bagimu …’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam lafazh lain disebutkan, “Thalhah kemudian datang menemuiku sambil berlari-lari kecil, lalu menjabat tanganku dan mengucapkan selamat kepadaku. Oleh karena itu, aku tidak pernah lupa kepada Thalhah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: an-nubala</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-79370630523939493602014-04-20T05:10:00.000-07:002014-04-21T01:02:05.881-07:00Hassan bin Tsabit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah Ibnu Al Mundzir, seorang penyair pada masa Rasulullah SAW dan sahabat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Sa’ad berkata, “Hasan hidup 60 tahun pada zaman jahiliyah dan 60 tahun pada zaman Islam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Al Musayyib berkata: Suatu ketika Hassan berada dalam sebuah majelis yang di dalamnya ada Abu Hurairah. Hassan kemudian berkata, “Demi Allah wahai Abu Hurairah, apakah kamu pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Jawablah panggilanku, niscaya Allah akan memperkuatmu dengan malaikat Jibril?’.” Abu Hurairah menjawab, “Ya Allah, benar aku telah mendengarnya.”<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Al Bara‘, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah berkata kepada Hassan, ‘Perangilah mereka dan bertempurlah dengan mereka, niscaya Jibril bersamamu’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sa’id bin Al Musayyib berkata, “Suatu ketika Umar berjalan dengan Hassan, lalu Hassan menyanyikan sebuah syair di masjid, maka Umar langsung menatapnya. Kemudian Hassan berkata, ‘Sungguh, aku pernah bernyanyi di dalamnya saat orang yang lebih baik darimu berada di dalamnya’. Umar pun menjawab, ‘Kamu benar’.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abu Salamah, bahwa Hassan pernah berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, sungguh aku telah mencela mereka dengan lidahku ini.” Hassan kemudian menjulurkan lidahnya seperti lidah ular. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Sesungguhnya aku masih memiliki hubungan keluarga dengan mereka, maka temuilah Abu Bakar, karena dia orang yang paling tahu tentang nasab bani Quraisy, sehingga dia bisa menjelaskan nasabku kepadamu.” Hassan berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, sungguh aku akan membebaskan nasabmu dari orang-orang Quraisy seperti halnya mengeluarkan bulu rambut dari adonan roti.” Dia pun memarahi mereka. Setelah itu Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Sungguh, engkau telah sembuh dan menyembuhkan.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Muhammad bin As-Sa’ib bin Barakah berkata: Diriwayaktan dari ibunya bahwa dia (ibunya) dan beberapa wanita lain pernah thawaf bersama Aisyah. Akan tetapi mereka kemudian mencela Hassan, maka Aisyah berkata, “Jangan mencela dirinya, karena dia sahabat yang telah disebutkan dalam firman-Nya, ‘Bagi merekalah siksa yang pedih’. Selain itu, dia sudah buta. Demi Allah, aku sangat berharap Allah memasukkannya ke dalam surga karena kalimat yang diucapkannya kepada Abu Sufyan bin Al Harits:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Engkau telah menghina Muhammad maka aku membalasnya</div>
<div style="text-align: justify;">
Karena yang seperti itu ada balasan dari Allah</div>
<div style="text-align: justify;">
Sungguh, Ayahku, ayahnya, dan kehormatanku</div>
<div style="text-align: justify;">
Adalah kehormatan Muhammad yang harus dijaga</div>
<div style="text-align: justify;">
Mengapa dia dicela sedangkan kalian tidak sama dengannya?</div>
<div style="text-align: justify;">
Yang terburuk darinya sama dengan dua orang yang terbaik dari kalian</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hassan meningal tahun 54 Hijriyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: an-nubala</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com7Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia-6.2087634 106.84559899999999-6.4613213999999992 106.5228755 -5.9562054 107.16832249999999tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-14554163271471823682014-04-20T05:08:00.000-07:002014-04-21T01:02:21.061-07:00Imran bin Hushain<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah Ibnu Abid, seorang imam teladan, sekaligus sahabat Rasulullah SAW, Abu Nujaid Al Khuza’i.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia pernah menjabat sebagai qadhi (hakim) di Bashrah dan diutus Umar ke Bashrah untuk mengajarkan agama kepada penduduknya. Al Hasan pernah bersumpah, “Orang terbaik yang pernah datang ke Bashrah untuk mereka adalah Imran bin Hushain.”<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mutharrif bin Abdullah berkata: Imran bin Hushain berkata kepadaku, “Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadits dan semoga Allah memberikan manfaat kepadamu dari hadits tersebut. Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah mengumpulkan haji dan umrah, tidak melarangnya sampai wafat, serta tidak ada ayat Al Qur`an yang mengharamkannya, dan malaikat mengucapkan salam kepadaku lalu Nabi SAW bersabda, ‘Ketika aku mengobati penyakitku dengan besi panas, penyakit itu hilang, dan ketika aku tidak melakukannya, penyakit itu kembali kepadaku’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imran berperang bersama Nabi SAW tidak hanya sekali. Pada awalnya Imran singgah di negeri kaumnya, kemudian kembali ke Madinah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imran bin Hushain berkata, “Aku tidak menyentuh kemaluan dengan tangan kananku sejak aku berba’iat kepada Rasulullah SAW.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut aku, dia termasuk orang yang menghindarkan dari fitnah dan tidak berperang bersama Ali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imran bin Hushain wafat tahun 52 Hijriyah.</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-35209542713461023202014-04-20T05:07:00.000-07:002014-04-21T01:02:28.160-07:00Usamah bin Zaid<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah kekasih dan maula Rasulullah SAW, serta putra maula Rasulullah SAW, Abu Zaid. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nabi SAW pernah menjadikannya sebagai pemimpin pasukan untuk menyerang Syam, meskipun dalam pasukan itu ada Umar dan para pembesar, dan dia hanya mau bergerak sampai Rasulullah SAW wafat. Setelah itu Abu Bakar mengirimnya untuk menyerang Balqa’.<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ada yang mengatakan bahwa dia ikut dalam perang Mut’ah bersama ayahnya. Dia tinggal di Mizah beberapa saat, kemudian kembali ke Madinah dan meninggal di sana. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Usamah, dia berkata, “Suatu ketika Nabi SAW meraihku dan Hasan, lalu bersabda, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya’.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurutku, Usamah lebih tua sepuluh tahun dari Hasan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usamah adalah orang yang berkulit hitam, berhati lembut, cerdik, dan pemberani. Dia pernah diasuh oleh Nabi SAW dan sangat dicintai beliau. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah putra pengasuh Nabi SAW, Ummu Aiman. Ayahnya berkulit putih, dan oleh Rasulullah SAW diberi kabar gembira dengan sabda beliau, “Sesungguhnya telapak kaki ini memiliki kesamaan satu sama lain.”197</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan As-Sya’bi, bahwa Aisyah berkata, “Tidak selayaknya seseorang membenci Usamah, setelah aku mendengar Nabi SAW bersabda, </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
‘Barangsiapa mencintai Allah dan Rasul-Nya maka dia hendaknya mencintai Usamah’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Zaid bin Aslam berkata: Diriwayatkan dari ayahnya, bahwa Umar pernah memberi bagian 3500 kepada Usamah, sedangkan untuk anaknya, Abdullah, hanya 3000, maka Abdullah berkata, “Mengapa engkau lebih mengutamakan dirinya daripada aku? Demi Allah, bukankah dia tidak menjawab seruan jihad lebih cepat dariku?” Umar menjawab, “Karena ayahnya lebih dicintai Rasulullah SAW daripada ayahmu, dan dia lebih dicintai Rasulullah SAW daripada dirimu.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu aku lebih mencintai Rasulullah SAW daripada diriku sendiri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hadits ini dinilai hasan oleh At-Tirmizi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Umar berkata, “Ketika Rasulullah SAW mengangkat Usamah sebagai pemimpin, yang lain pun mencela kepemimpinannya, sehingga beliau bersabda, ‘Jika mereka mencela kepemimpinannya, maka mereka telah mencela kepemimpinan ayahnya. Demi Allah, sesungguhnya dia diciptakan untuk menjadi pemimpin. Dulu, dia orang yang paling aku cintai, dan sekarang anaknya adalah orang yang paling aku cintai sepeninggalnya’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut aku, ketika dia ditunjuk oleh Nabi SAW sebagai pemimpin pasukan Islam, dia masih berumur 18 tahun. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, bahwa Nabi SAW pernah menangguhkan pelaksanaan Thawaf Ifadhah karena Usamah sedang menunggunya, kemudian datanglah seorang anak berkulit hitam legam, maka penduduk Yaman berkata, ‘Kami duduk untuk menunggu ini!’ Karena itu, mereka keluar dari agama Islam.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waqi’ berkata, “Ada beberapa sahabat yang selamat dari fitnah, yaitu Sa’ad, Ibnu Umar, Usamah bin Zaid, dan Muhammad bin Maslamah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut aku, Usamah telah berhasil menggunakan peluang emas saat bersama Rasulullah SAW, ketika beliau bersabda kepadanya, “Bagaimana dengan lafazh laa ilaaha illallah wahai Usamah?”198 Dia kemudian menahan dirinya, lalu mengurung diri di rumah, sehingga menjadi lebih baik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aisyah berkata, “Suatu ketika Nabi SAW ingin menghilangkan kotoran Usamah, maka aku berkata, ‘Biar aku yang melakukannya’. Beliau menjawab, ‘Wahai Aisyah, cintailah dia, karena aku sungguh mencintainya’.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menurut aku, ketika itu dia seusia dengan Aisyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari beberapa jalur periwayatan, dari Umar, bahwa setiap kali bertemu Usamah, Umar berkata, “Semoga keselamatan dan rahmat senantiasa diberikan Allah kepadamu wahai pemimpin! Meskipun Rasulullah SAW telah wafat namun engkau tetap pemimpinku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Abu Bakar bin Abdullah bin Abu Jaham, dia berkata, “Aku pernah datang menemui Fatimah binti Qais saat suaminya telah menceraikannya … ketika dia telah halal (habis masa iddah-nya), Rasulullah SAW bertanya kepadanya, ‘Apakah ada orang yang melamarmu?’ Dia menjawab, ‘Ya, Mu’awiyah dan Abu Jaham. Dia berkata, ‘Abu Jaham orang yang perangainya keras, sedangkan Mu’awiyah orang miskin yang tidak berharta.’ Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, ‘Bagaimana jika kamu aku nikahkan dengan Usamah?’ Dia menjawab, ‘Usamah!’ —dengan maksud merendahkan Usamah—. Namun dia lalu berkata, ‘Kami mendengar dan taat kepada Allah dan rasul-Nya’.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah itu beliau menikahkannya dengan Usamah, lalu Allah memberikan keberkahan dan kemuliaan dengan Abu Zaid.”199 </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Muhammad bin Usamah, dari ayahnya, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW sudah merasa berat, aku dan para sahabat yang lain datang ke Madinah, lalu menghadap beliau. Setelah itu beliau hanya terdiam. Beliau kemudian meletakkan kedua tangannya padaku lalu mengangkatnya. Aku tahu saat itu beliau sedang mendoakan diriku.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Az-Zuhri, dia berkata, “Suatu ketika Ali bertemu dengan Usamah bin Zaid, lalu dia berkata, ‘Kami menganggap dirimu sebagai bagian dari diri kami sendiri wahai Usamah. Mengapa kamu tidak masuk bersama kami?’ Dia menjawab, ‘Wahai Abu Hasan, demi Allah, walaupun kamu mengambil dengan cengkeraman harimau, niscaya aku akan mengambil dengan cengkeraman yang lain bersamamu, sampai kita mati atau hidup semuanya. Demi Allah, aku tidak akan ikut terlibat dalam masalah yang sedang kamu hadapi sekarang ini’.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usamah bin Zaid wafat di daerah Jurf.200</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Diriwayatkan dari Al Maqburi, dia berkata, “Ketika aku sedang menyaksikan jenazah Usamah, Ibnu Umar berkata, ‘Segerakan penguburan jenazah kekasih Rasulullah SAW (Usamah) sebelum matahari terbit’.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Dia wafat pada akhir masa Kekhalifahan Mu’awiyah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber: an-nubala</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-37074595228607087042014-04-03T23:32:00.000-07:002014-04-21T01:02:36.343-07:00Ar-Rahbi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah seorang yang jenius, juga seorang ulama, pemimpin dalam ilmu medis, namanya adalah Radhi Ad-Din Yusuf bin Haidarah bin Hasan Ar-Rahbi Al Hakim.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua orang tuanya adalah orang yang ahli dalam kedokteran dari penduduk Ar-Ruhbah, dia mempunyai anak yang bernama Yusuf di Al Jazirah Al Umariyah, dia tinggal di dua tempat yaitu Muddah dan Ar-Rahbah, kemudian mereka datang ke Damaskus pada tahun 555 H,<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a> </div>
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a>lalu Yusuf mempunyai perhatian dalam ilmu pengetahuan dan mengobati orang sakit, setelah itu dia menemui Al Muhadzdzab Ibnu An-naqqasy, dan ia menjadi pandai karena didikannya, kemudian Al Muhadzdzab memangglnya dengan namanya, dan dia mendapat jabatan yang baik di hadapan raja Shalahuddin, dan dia menetapkan baginya tiga puluh dinar atas benteng dan Al Bimaristan, hal itu berlansung hingga Al Mu’azhzham menguranginya, dia masih tetap di muliakan di negaranya, dia adalah pemimpin yang tinggi cita-cita, dan banyak mewujudkan dan selalu menjadikan segalanya menjadi baik dan meminimalisir segala keburukan, dia muncur untuk membawa kemanfaatan dan dia telah menetaskan dokter-dokter yang besar.<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia berkata, “Semua orang yang belajar kepadaku akan merasa senang, dan akan bermanfaat bagi orang lain, dia tidak mengajar seorangpun dari ahli Dzimmah. Ya, orang yang belajar darinya diantaranya adalah Umar Al Yahudi, Ibrahim As-Samiri, keduanya telah meminta syafaat darinya, dan keduanya menjadi pandai atas didikannya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ibnu Abu Ushaibi’ah berkata, “Aku belajar darinya dalam setahun 223 kitab, dan aku banyak mengambil manfaat darinya. Dia adalah orang yang sangat menyukai dagang, selalu menjaga canda, tidak sombong, dia mempunyai kebun, dan menteri yang bernama Ibnu Syukri memakan daging ayam hingga pucat warnanya. Kemudian dia berkata kepadanya, ‘Makanlah daging kambing!’ Kemudian dia memakannya dan dia tidak kelihatan pucat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ar-rahbi meninggal pada tahun 631 Hijriyah. Pada usia 97 tahun</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber an-nubala</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-8861144329593186012014-04-03T23:30:00.000-07:002014-04-21T01:02:45.333-07:00Ibnu Al Faridh<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: justify;">
Dia adalah seorang penyair, Syarifuddin Umar bin Ali bin Mursyid Al Hamawi Al Mishri. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dia meninggal pada tahun 632 Hijriyah, pada usia 56 tahun.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Al Mundzir telah menceritakan, “Jika dalam qashidah tersebut tidak terdapat persatuan yang tidak ada penipuan, maka tidaklah ada di dunia ini kekufuran dan kesesatan,<br />
<a name='more'></a><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a> <br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a>ya Allah berikanlah kami ketaqwaan dan lindungilah kami dari hawa nafsu, wahai tokoh-tokoh agama! Apakah kalian tidak marah karena Allah? Tidak ada daya dan kekuatan kecuali pertolaongan Allah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan ketinggian syair Al Mundzir tidak tertandingi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
sumber an-nubala</div>
</div>
trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-77907825098992921582014-04-03T23:29:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.433-07:00As-Saif<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dia adalah seorang yang alim sekaligus pengarang, saifuddin Ali bin Abu Ali bin Muhammad bin Salim At- Taghlibi Al Amidi Al Hanbali As Syafi’i.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia hidup selama 50 tahun lebih.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku katakan, “Dia mengajar filsafat dan manthiq di Mesir pada masjid Azh-Zhafiri, dia juga mengajar di Qubbah Assyafi’i, dia mengarang beberapa buku, lalu banyak orang berdatangan kepadanya, dan menuduhnya sebagai keburukan, lalu mereka menulisnya dalam sebuah kabar mengenai hal tersebut.<br /><a name='more'></a><br /><a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Al qadhi Ibnu Khallikan berkata, “Mereka berencana membunuhnya, kemudian dia keluar secara sembunyi-sembunyi, dan tinggal di Hamah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">As-Saif meninggal pada tahun 631 Hijriyah, pada usianya yang ke-80 tahun.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cucu Al jauzi berkata, “Tidak seorang pun pada masanya yang mendukung pendapatnya dalam masalah Ashlain (dua dasar) dan ilmu kalam, dia adalah orang yang berbelas kasih dan mudah menangis, dia tinggal di Hamah dan juga di Damaskus. Dan yang mengherankan dari cerita tentangnya adalah seekor kucing miliknya telah mati, lalu dia menguburnya di Hamah, ketika dia tinggal di damaskus, dia memindahkan tulang kucing tersebut ke kantong dan menguburnya di Qasyun.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cucu Al Jauzi berkata, “Seluruh keturunan Adil membencinya karena dia terkenal dengan pengetahuannya dalam mantiq, dan dia masuk pada Mu’adzom dan dia tidak bergerak (untuk menghormatinya), kemudian aku berkata, ‘Berdirilah untuk menghormatinya sebagai penggantiku,’ lalu dia berkata, ‘Hatiku tidak dapat menerimanya’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Qadhi Taqiyuddin Sulaiman bin Hamzah bercerita tentang gurunya, yaitu Ibnu Abu Umar, Dia berkata, “Kita sering datang pada As-Saif, dan kami ragu, apakah dia melakukan shalat atau tidak? Lalu dia tidur, dan kami mengetahi bahwa pada kakinya terdapat tinta, dan tanda tersebut masih ada hingga dua hari, sehingga kami tahu bahwa dia tidak pernah berwudhu, kami memohon keselamatan dalam perkara agama.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Guru kami Ibnu Taimiyah berkata, “Al Amidi telah merasa bingung dan tidak dapat berbuat apa-apa, hingga akhirnya dia bertanya pada dirinya sendiri dalam masalah tasalsul Al ilal (sebab-sebab yang bersambung), dan dia menyangka bahwa dia tidak mengetahui jawabannya dan mendasarkan adanya pencipta pada hal itu, dia tidak menetapkan dalam bukunya adanya pencipta, diciptakannya alam, keesaan Allah, kenabian, dan dasar-dasar yang fundamental besar.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Aku katakan, “Ini menunjukkan kesempurnaan fikirannya, karena penetapan hal itu dengan nalar tidak akan berkembang, akan tetapi bisa berkembang dengan Al Qur’an dan As-Sunah, dan juga dengan apa yang menjadi tujuan Saif, dan pengetahuanya yang mencapai titik pincak, Dan orang-orang besar berdatangan pada majelisnya.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ibnu Khallikan berkata, “Aku mendengar Abdussalam berkata, ‘Aku tidak pernah mendengar orang mengajar yang lebih baik dari As-Saif, seakan-akan dia sedang berkhutbah, dan dia mengagungkanya’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-78550793355105138492014-02-27T01:57:00.000-08:002014-04-21T00:53:44.449-07:00Mu’aiqib bin Abu Fatimah Ad-Daudsi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">cara-global.blogspot.com - Dia berasal dari golongan Muhajirin dan termasuk pemimpin bani Abdusy- Syam. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Abu Bakar mengangkatnya sebagai pejabat baitul mal.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia pernah hijrah ke Habasyah, dan ada yang mengatakan bahwa dia datang bersama Ja’far pada malam Khaibar, lalu dia diuji dengan penyakit kusta. </div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Mahmud bin Labid, dia berkata, “Aku pernah diperlakukan kasar oleh Yahya bin Al Hakam, maka aku mendatanginya. Mereka lalu berkata kepadaku bahwa Abdullah bin Ja’far berkata kepada mereka bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada orang yang menderita penyakit kusta, ‘Hindari dirinya seperti halnya binatang buas. Jika dia masuk ke dalam sebuah lembah maka masukilah lembah yang lain’.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu aku datang ke Madinah lalu menanyakan hal itu kepada Abdullah bin Ja’far, dan dia menjawab, ‘Demi Allah, mereka berbohong. Aku tidak pernah berbicara seperti itu kepada mereka. Aku sendiri pernah melihat Umar bin Khaththab diberi gelas yang berisi air lalu mereka minum secara bergantian, sementara di antara mereka ada yang terkena penyakit kusta seperti itu, lalu dia ikut minum darinya dan Umar juga meminumnya, lantas dia meletakkan mulutnya pada bekas mulut si penderita penyakit kusta tersebut hingga akhirnya dia minum darinya, dan aku tahu dia melakukannya supaya tidak tertular.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Umar kemudian mencarikan tabib untuknya, maka dia kemudian mendatangi setiap tabib yang didengarnya dapat mengobati penyakit tersebut, hingga dia didatangi oleh dua orang pria dari Yaman. Dia bertanya, ‘Apakah kalian berdua bisa mengobati penyakit pria shalih ini?’ Mereka berdua menjawab, ‘Untuk menyembuhkannya kami tidak mampu, tetapi kami akan mengobatinya dengan obat yang dapat menghambat perkembangan penyakit tersebut sehingga tidak menjadi lebih parah’. Umar berkata, ‘Ini pengobatan yang luar biasa’. Kedua pria itu bertanya lagi, ‘Apakah di tanah kalian ini tumbuh labu?’ Dia menjawab, ‘Ya’. Mereka berdua berkata, ‘Kumpulkan beberapa buah labu tersebut untuk kami!’ Umar kemudian menyuruh untuk mencari labu lalu dikumpulkan hingga mencapai dua onggokan penuh buah labu. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu kedua pria itu membelahnya menjadi dua bagian, lalu membaringkan Mu’aiqib, lantas kedua orang tersebut lantas memegang kaki Mu’aiqib, kemudian memijat bagian dalam telapak kakinya dengan labu, sampai ketika yang satu rusak mereka mengambil bagian yang lain. Ketika keduanya melihat Mu’aiqib telah mengeluarkan dahak berwarna hijau, mereka menghentikannya. Keduanya kemudian berkata kepada Umar, ‘Setelah ini penyakitnya tidak akan bertambah’. Selanjutnya dia berkata, ‘Demi Allah, setelah itu Mu’aiqib masih bisa bertahan, dan penyakitnya tidak bertambah parah sampai ajal menjemputnya’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mu’aiqib hidup sampai masa Kekhalifahan Utsman. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia bisa sembuh dari penyakit kusta dan pantangan makanannya boleh dimakan. Bahkan pada akhirnya dia hampir tidak merasakan bahwa dirinya sedang menderita penyakit kusta. Oleh karena itu, siapa pun yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah —karena percaya kepada Allah dan bertawakal kepada-Nya— pasti ditolong oleh Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-29646809586744051522014-02-27T01:55:00.000-08:002014-04-21T00:53:44.505-07:00Khuzaimah bin Tsabit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><b>cara-global.blogspot.com - </b>Dia adalah Ibnu Al Fakih, seorang ahli fikih, Abu Umarah Al Anshari Al Khathmi Al Madani, yang mempunyai dua kesaksian. Ada yang mengatakan bahwa dia turut dalam perang Badar. Namun yang benar, dia turut dalam perang Uhud dan perang sesudahnya.</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Dia termasuk pemimpin pasukan Ali dan dia mati syahid bersamanya dalam perang Shiffin, tahun 37 Hijriyah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dialah pembawa panji bani Khathmah saat perang Mut’ah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Umarah bin Khuzaimah, dari ayahnya, dia berkata, “Aku pernah mengikuti perang Mut’ah dan bertarung dengan seseorang, lalu aku berhasil mengalahkannya. Sementara pelindung kepala yang dipakainya dihiasi dengan sebuah permata sejenis yaqut, dan satu-satunya keinginanku saat itu adalah mendapatkan yaqut tersebut, maka aku mengambilnya. Ketika kami berhasil mengalahkan musuh, aku kembali ke Madinah dengan membawa yaqut tersebut. Setelah itu aku datang menemui Nabi SAW dan memberikan yaqut itu kepada beliau, tetapi beliau justru memberikannya kepadaku. Aku lalu menjualnya pada masa Umar seharga 100 dinar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kharijah bin Zaid menceritakan dari Ayah, dia berkata, “Ketika kami menulis mushaf, aku kehilangan satu ayat yang pernah kudengar dari Rasulullah SAW, tetapi kemudian aku menemukannya pada Khuzaimah bin Tsabit. Ayat tersebut adalah: ‘Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang mendapati apa yang ia janjikan kepada Allah’. (Qs. Al Ahzaab [33]: 23) Khuzaimah ketika itu terkenal dengan julukan Dzu Syahadatain, (pemilik dua kesaksian) karena Rasulullah SAW menyamakan kesaksiannya dengan kesaksian dua orang laki-laki.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Qatadah meriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Ketika Al Hayyan membanggakan golongan Anshar, Aus berkata, ‘Pria dari golongan kami yang dimandikan oleh malaikat adalah Handzalah bin Rahib, pria dari golongan kami yang sempat menggetarkan Arsy adalah Sa’ad, pria dari golongan kami yang dijaga oleh lebah adalah Ashim bin Abu Aqlah, dan pria dari golongan kami yang kesaksiannya sama dengan kesaksian dua orang pria adalah Khuzaimah bin Tsabit.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-38663299928737837102013-12-12T03:45:00.000-08:002014-04-21T00:53:44.520-07:00Al Arqam bin Abu Al Arqam<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Al Arqam bin Abu Al Arqam adalah putra Asad Al Makhzumi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia tergolong sahabat yang As-Sabiquna Al Awwalun dan menyaksikan perang Badar. Nabi SAW pernah bersembunyi di rumahnya yang ada di Shafa. Nama ayahnya Abdul Manaf. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dulu dia termasuk seorang cendekiawan Quraisy yang masih hidup hingga masa daulah bani Umayyah.</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Al Arqam, bahwa dia pernah bersiap-siap ingin mengunjungi Baitul Maqdis. Ketika selesai bersiap-siap, dia datang menemui Nabi SAW untuk mengucapkan perpisahan kepada beliau. Nabi bertanya, “Apa yang mendorongmu pergi? Memang ada keperluan atau hanya untuk berdagang?” Dia menjawab, “Tidak, demi Allah wahai Nabi, akan tetapi aku ingin mengerjakan shalat di Baitul Maqdis.” Nabi SAW lalu bersabda, “Shalat di masjidku lebih baik daripada seribu shalat di masjid selain masjidku, kecuali Masjidil Haram.” Al Arqam pun duduk dan tidak jadi pergi. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ada yang mengatakan bahwa Al Arqam hidup hingga usia 87 tahun dan dia wafat di Madinah. Jenazahnya ketika itu dishalati oleh Saad bin Abu Waqqas, sesuai dengan wasiatnya kepada dirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber: an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-18580019763365303492013-12-12T03:44:00.000-08:002014-04-21T00:53:44.577-07:00Abdurrahman bin Abu Bakar Ash-Shiddiq<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dia adalah saudara kandung Ummul Mukminin Aisyah. </div><div style="text-align: justify;">Dia termasuk orang yang turut dalam perang Badar bersama orang musyrik, tetapi kemudian dia masuk Islam sebelum penaklukkan kota Makkah, sedangkan kakeknya Abu Quhafah masuk Islam setelah penaklukkan kota Makkah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia putra Abu Bakar yang paling tua, seorang pemanah terkenal dan gagah berani. Pada waktu perang Yamamah dia berhasil membunuh 7 pembesar mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dialah sahabat yang diutus oleh Nabi SAW pada waktu haji Wada’ untuk mengumrahkan saudara perempuannya, Aisyah, karena berhalangan. </div><div style="text-align: justify;">Dia wafat tahun 53 Hijriyah. </div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Disebutkan dalam kitab Shahih Muslim bahwa dia pernah menghadap Aisyah pada waktu meninggalnya Sa’ad, lalu dia berwudhu, kemudian Aisyah berkata kepadanya, “Sempurnakan wudhu, karena aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Celakalah orang-orang yang tidak menyempurnakan wudhunya, ia akan disiksa di neraka’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia tertarik kepada putri Al Judi dan merindukannya dengan berkata:</div><div style="text-align: justify;">Aku teringat Laila sedang langit berada di bawahnya</div><div style="text-align: justify;">Ada apa dengan putri Al Judi dan aku</div><div style="text-align: justify;">Aku telah memberikan hatiku kepadanya</div><div style="text-align: justify;">Akankah dia menerimaku atau menolaknya</div><div style="text-align: justify;">Aku ingin bertemu dengannya dan semoga</div><div style="text-align: justify;">Ketika manusia haji bisa bertemu dengannya</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Umar kemudian berkata kepada pemimpin pasukannya, “Jika kalian bisa mengalahkannya dengan cara kekerasan, maka berikan putri Al Judi kepada Ibnu Abu Bakar. Mereka pun bisa mendapatkannya dan menyerahkannya kepada Ibnu Abu Bakar. Dia kemudian tertarik dengan wanita itu dan lebih memilihnya dari istri-istrinya yang lain, sehingga mereka melaporkannya kepada Aisyah. Mendengar laporan mereka, Aisyah berkata kepadanya, “Kamu telah berbuat tidak adil.” Dia menjawab, “Demi Allah, aku sangat senang melihat gigi serinya seperti kesenanganku kepada buah delima.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Istrinya yang paling dicintainya itu lalu terkena penyakit hingga gigi-giginya rompal, dan tak lama kemudian Ibnu Abu Bakar meninggalkannya hingga dia melaporkannya kepada Aisyah. Aisyah pun berkata kepadanya. Dia lalu memulangkannya kepada keluarganya. Ternyata dia putri seorang raja.</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-77882537612363120692013-12-12T03:42:00.000-08:002014-04-21T00:53:44.593-07:00 Buraidah bin Al Hushaib<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dia adalah putra Abdullah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ada yang mengatakan bahwa Buraidah bin Al Hushaib masuk Islam pada waktu hijrah, yaitu ketika Nabi SAW melewatinya saat hijrah. Dia turut dalam perang Khaibar dan penaklukkan Makkah sebagai pembawa bendera. Nabi SAW juga pernah mengangkatnya sebagai penarik zakat kaumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, Buraidah pernah membawa panji Usamah ketika dia memerangi negeri Al Balqa‘, setelah Rasulullah SAW meninggal dunia.</div><div style="text-align: justify;">Dia tinggal di Marwa dan menyebarkan ilmu di sana.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Buraidah pernah tinggal di Bashrah beberapa waktu, kemudian ikut memerangi Khurasan pada masa Utsman. Seseorang yang mendengarnya bercerita bahwa dia berkata di belakang sungai Jihun, “Tidak ada kehidupan kecuali mengusir kuda dengan kuda.”</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Ashim Al Ahwal berkata: Muwarriq berkata, “Buraidah pernah berwasiat agar di atas makamnya diletakkan dua lembar kertas. Lalu dia wafat di Khurasan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya, dia berkata, “Aku telah menyaksikan perang Khaibar dan aku termasuk sahabat yang naik di atas benteng musuh. Lalu aku menyerang hingga tempatku kelihatan karena aku memakai baju merah. Setelah itu aku merasa tidak pernah melakukan dosa yang lebih besar darinya dalam Islam —yaitu kemasyhuran—.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut aku, benar, tetapi orang-orang bodoh pada zaman sekarang menganggap perbuatan seperti itu sebagai jihad dan salah satu bentuk ibadah. Yang jelas, perbuatan seperti itu tergantung pada niatnya. Mungkin yang dilakukan Buraidah dengan memperlihatkan dirinya itu berniat untuk ibadah dan jihad. Begitu juga dengan amal shalih, jika seseorang membanggakannya maka perbuatan itu bisa berubah menjadi riya. Allah SWT berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang beterbangan.” (Qs. Al Furqaan [25]: 23)</div><div style="text-align: justify;">Dia wafat tahun 62 Hijriyah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber : an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-88855659472137123832013-10-31T07:09:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.651-07:00Syaddad bin Aus<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dia adalah putra Tsabit, Abu Ya’la dan Abu Abdurrahman Al Anshari An-Najari Al Khazraji. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syaddad adalah keponakan Hassan bin Tsabit, seorang penyair zaman Rasulullah SAW. Dia termasuk tokoh sekaligus ulama dari kalangan sahabat, yang pernah singgah di Baitul Maqdis.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sa’id bin Abdul Aziz berkata, “Syaddad mempunyai dua kelebihan dari orang-orang Anshar, yaitu apabila berbicara maka perkataannya mudah dipahami, dan mampu menahan amarah.”</div><div style="text-align: justify;"><br /><a name='more'></a><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia termasuk sahabat yang dikenal sebagai ahli ibadah dan ijtihad.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Syaddad bin Aus tinggal di Palestina.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia wafat tahun 58 Hijriyah, dalam usia 79 tahun. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Al Mufadhdhal Al Ghallabi berkata, “Sahabat Anshar yang dikenal zuhud ada tiga, yaitu Abu Ad-Darda`, Umair bin Sa’id, dan Syaddad bin Aus.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sallam bin Miskin berkata: Qatadah menceritakan kepada kami, bahwa Syaddad bin Aus pernah berpidato, “Wahai sekalian manusia, dunia hanya persinggahan sementara, di dalamnya orang baik dan buruk sama-sama makan, sedangkan akhirat adalah persinggahan terakhir, di dalamnya Allah menegakkan hukum. Ketahuilah, segala macam bentuk kebaikan akan masuk surga dan segala macam bentuk keburukan akan masuk neraka.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber: an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-53447893737555132802013-10-31T07:03:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.668-07:00Abu Qatadah Al Anshari As-Sulami <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dia dikenal sebagai ksatria berkuda Rasulullah SAW, yang turut dalam perang Uhud dan perjanjian Hudaibiyah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia bernama asli Al Harits bin Rib’i, Ali Ash-Shahih. Iyas bin Salamah bin Al Akwa’ meriwayatkan dari ayahnya, dari Nabi SAW, beliau bersabda, </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Pasukan berkuda kami yang terbaik adalah Abu Qatadah, sedangkan pasukan pejalan kaki kami yang terbaik adalah Salamah bin Al Akwa’.”</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br /><br /><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan Abu Qatadah, dia berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW saat perang Hunain. Ketika kami bertemu musuh, aku melihat seorang pria menghadang pasukan Islam, lalu aku berbalik lantas menyerangnya dari belakang. Aku kemudian memukulnya dengan satu hantaman hingga merobek baju besinya. Setelah itu dia berbalik kepadaku lalu merangkulku dengan rangkulan kematian, kemudian dia melepaskan rangkulannya lantas meregang nyawa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya dia berkata: Nabi SAW kemudian bersabda, “Barangsiapa bisa membunuh musuh dan dia mempunyai bukti (saksi), maka harta korban yang dibunuhnya itu menjadi miliknya.” Setelah itu aku berdiri lalu berkata, “Siapakah yang menyaksikanku?” Aku lantas menceritakan peristiwa tersebut kepada beliau. Tak lama kemudian seorang pria menjawab, “Dia benar ya Rasulullah, aku telah menyaksikannya dan harta rampasan korban itu ada padaku, maka berikanlah kepadanya!” Abu Bakar kemudian berkata, “Tidak, demi Allah, dia tidak pernah berniat menjadi salah satu singa Allah yang berperang membela Allah serta rasul-Nya, sehingga harta rampasan itu tidak layak diberikan kepadanya.” Namun Nabi SAW bersabda, “Dia benar.” Beliau kemudian memberikan harta rampasan itu kepadaku, lalu aku menjual baju besi, lantas menggunakan uangnya untuk membeli kebun bani Salamah. Itulah harta pertama yang aku peroleh dari Islam.</div><div style="text-align: justify;">Ikrimah bin Amar berkata, Abdullah bin Ubaid bin Umair menceritakan kepadaku, bahwa Umar pernah mengutus Abu Qatadah, lalu dia membunuh Raja Persia dengan tangannya. Raja itu memakai ikat pinggang senilai lima belas ribu. Umar pun memberikan ikat pinggang itu kepadanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia wafat tahun 54 Hijriyah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Abu Qatadah, dia berkata, “Kami pernah berangkat bersama Rasulullah SAW dalam beberapa perjalanan, tiba-tiba beliau terlambat menaiki tunggangan beliau, sehingga aku mendorongnya dengan tanganku hingga bangkit. Setelah itu Nabi SAW bersabda, ‘Ya Allah, jagalah Abu Qatadah sebagaimana dia menjagaku’. Sejak malam ini kami melihat bahwa kami telah banyak membuat dirimu susah.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber: an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-62297311307813703272013-10-31T06:57:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.723-07:00Tamim Ad-Dari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;">Dia merupakan sahabat Rasulullah SAW, Abu Raqayyah, Tamim bin Aus bin Kharijah Al-Lakhmi Al Falisthini. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tamim Ad-Dari diutus sebagai delegasi pada tahun 9 Hijriyah, lalu masuk Islam. Setelah itu Nabi SAW bercerita tentang dirinya di atas mimbar dengan cerita yang menarik berkaitan dengan Dajjal.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain Tamim Ad-Dari meriwayatkan banyak hadits, dia juga seorang ahli ibadah dan banyak membaca Al Qur`an. </div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;">Ibnu Said berkata, “Dia masih tinggal di Madinah sampai terbunuhnya Utsman, kemudian dia pindah ke Syam.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Abu Al Muhallab, dia berkata, “Tamim Ad-Dari mengkhatamkan Al Qur`an saat berumur 7 tahun.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Masruq, dia berkata, “Seorang pria Makkah pernah berkata kepadaku, ‘Ini adalah makam saudaramu Tamim Ad-Dari, dia shalat malam sampai datang waktu Subuh, lalu membaca beberapa ayat berulang-ulang, lantas menangis. Dia membaca firman Allah SWT,</div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;">“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu.” (Qs. Al Jaatsiyah [45]: 21)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Al Munkadir bin Muhammad, dari ayahnya, dia berkata, “Tamim Ad-Dari pernah tidur pada malam hari hingga tidak sempat melaksanakan shalat Tahajud, maka dia tidak tidur malam selama satu tahun sebagai balasan atas perbuatannya tersebut.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Anas, dia berkata, “Tamim Ad-Dari pernah membeli sebuah serban seharga 1000 dirham, kemudian dia keluar lalu shalat.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Humaid bin Abdurrahman, bahwa Tamim Ad-Dari pernah meminta izin kepada Umar untuk menyampaikan cerita beberapa tahun lamanya, tetapi Umar tidak membolehkannya. Ketika sudah seringnya dia meminta, Umar berkata, ‘Apa yang kamu akan katakan?’ Dia menjawab, ‘Aku ingin mengajarkan Al Qur`an kepada mereka, memerintahkan mereka kepada kebaikan, dan mencegah mereka dari kejelekan’. Mendengar itu, Umar berkata, ‘Itulah keberuntungan’. Umar kemudian berkata, ‘Nasihatilah diriku sebelum aku keluar shalat Jum’at’. Tamim Ad-Dari pun memberikan nasihat kepadanya. Ketika Utsman meminta tambahan nasihat, dia menambahinya pada hari lain.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ada yang mengatakan bahwa telah ditemukan di atas permukaan kuburan Tamim Ad-Dari bahwa dia wafat tahun 40 Hijriyah. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber: an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-6665825278359548112013-10-10T03:00:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.740-07:00Ar-Rasyid<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">Dia adalah penguasa yang bergelar Ar-Rasyid Abdu Al Wahid bin Al Makmun Idris Al Mukmini.<br />Dia menjadi raja yang kokoh, kemudian dia berkhutbah dengan tema Al mahdi Al Makshum Ibnu Tumarta, dengan khutbah itu hati orang-orang Muwahhidin menjadi suka kepadanya, <br /><a name='more'></a>dia memimpin selama 10 tahun. Dia meninggal karena tenggelam di Shahraij yaitu kebun miliknya di Marrakusy, mereka menyembunyikan mayatnaya selama sebulan kemudian menyerahkanya pada saudaranya As-Said Ali bin Idris.<br />Ar-Rasyid tenggelam pada tahun 640 Hijriyyah.</div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-89742909858715580332013-09-11T06:52:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.796-07:00Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSYHNi9moxSrJVv8viV9N1rs2bgJBKZ_FefMgHwxi8zBAXuDgCx90p1TXLWf3OXKGeiQq8B-Qv1jvEuvYUw_OJ2shkTYSG05GgwHPC1SJ6lFiaC3S4jHSrjsEqOsbeAHp-GJyPFzZ5a25c/s1600/Hasyim+Asy'ari.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSYHNi9moxSrJVv8viV9N1rs2bgJBKZ_FefMgHwxi8zBAXuDgCx90p1TXLWf3OXKGeiQq8B-Qv1jvEuvYUw_OJ2shkTYSG05GgwHPC1SJ6lFiaC3S4jHSrjsEqOsbeAHp-GJyPFzZ5a25c/s1600/Hasyim+Asy'ari.jpg" /></a></div><b>Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie</b> - bagian belakangnya juga sering dieja <b>Asy'ari</b> atau <b>Ashari</b> (lahir di Desa Gedang,Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 – meninggal di Jombang,<br /><a name='more'></a>Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang) adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Dikalangan Nahdliyin dan ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti <i>maha guru</i>.</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline"><br /></span></h2><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Keluarga">Keluarga</span></h2><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 13px;">KH Hasyim Asyari adalah putra ketiga dari 10 bersaudara</span><span style="font-size: 13px;">. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin </span><span style="font-size: 13px;">Pesantren Keras</span><span style="font-size: 13px;"> yang berada di sebelah selatan </span><span style="font-size: 13px;">Jombang</span><span style="font-size: 13px;">. Ibunya bernama Halimah. Sementara kesepuluh saudaranya antara lain: Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi dan Adnan. Berdasarkan silsilah garis keturunan ibu, KH. Hasyim Asy'ari memiliki garis keturunan baik dari </span><span style="font-size: 13px;">Sultan Pajang</span><span style="font-size: 13px;"> </span><span style="font-size: 13px;">Jaka Tingkir</span><span style="font-size: 13px;"> juga mempunyai keturunan ke raja Hindu Majapahit, </span><span style="font-size: 13px;">Raja Brawijaya V</span><span style="font-size: 13px;">(Lembupeteng). Berikut silsilah berdasarkan KH. Hasyim Asya'ari berdasarkan garis keturanan ibu:</span></h2><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Muhammad Hasyim Asy'ari <i>putra</i> Halimah <i>putri</i> Layyinah <i>putri</i> Sihah <i>Putra</i> Abdul Jabar <i>putra</i> Ahmad <i>putra</i> Pangeran Sambo <i>putra</i>Pengeran Benowo <i>putra</i> Joko Tingkir (Mas Karebet) putra Prabu Brawijaya V (Lembupeteng)</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Pendidikan">Pendidikan</span></h2><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Di Makkah, awalnya K.H. Hasyim Asy'ari belajar dibawah bimgingan Syaikh Mafudz dari Termas (Kediri) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar <i>Sahih Bukhori</i> di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat belajar K.H. Hasyim Asy'ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis. Ia mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar <i>Sahih Bukhari</i>, dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (<i>isnad</i>) hadis dari 23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadis ia juga belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah danNaqsyabandiyah.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">KH. Hasyim Asy'ari juga mempelajari fiqih madzab Syafi'i di bawah asuhan Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi (<i>ilmu falak</i>), matematika (<i>ilmu hisab</i>), dan aljabar. Di masa belajar pada Syaikh Ahmad Katib inilah Kyai Hasyim Asy'ari mempelajari <i>Tafsir Al-manar</i> karya monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama tradisionalis.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari Nusantara antara lainSyaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama terkenal pada masa itu.</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Perjuangan">Perjuangan</span></h2><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Karya_dan_pemikiran">Karya dan pemikiran</span></h2><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">KH Hasyim Asy'ari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak dari pemikirannya, setidaknya ada empat kitab karangannya yang mendasar dan menggambarkan pemikirannya; kitab-kitab tersebut antara lain:</div><span style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"></span><br /><ul style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; list-style-image: url(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/1/18/Monobook-bullet.png); margin: 0.3em 0px 0px 1.6em; padding: 0px;"><li style="margin-bottom: 0.1em; text-align: justify;"><i>Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jama'ah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-sa'ah wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bid'ah</i> (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan Penjelasan tentang Sunnah dan Bid'ah)</li><li style="margin-bottom: 0.1em; text-align: justify;"><i>Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin</i> (Cahaya yang Terang tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW)</li><li style="margin-bottom: 0.1em; text-align: justify;"><i>Adab al-alim wal Muta'allim fi maa yahtaju Ilayh al-Muta'allim fi Ahwali Ta'alumihi wa maa Ta'limihi</i> (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar)</li><li style="margin-bottom: 0.1em; text-align: justify;"><i>Al-Tibyan: fin Nahyi 'an Muqota'atil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan</i> (Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan dan Tali Persahabatan)</li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: sans-serif;"><span style="font-size: 11px; line-height: 10.828125px;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: sans-serif;"><span style="font-size: 11px; line-height: 10.828125px;">sumber wikipedia</span></span></div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-37780258400989972652013-06-21T20:16:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.819-07:00Kyai Haji Ahmad Dahlan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioX7REleHlH55OFzKjHdy25vrjXf5SdTrHqXGdEX13fRq5vgFrvKYzeN9poNqUeQ58GBLu-Y8m_3SJxI_SSQIf8tZ3d5zt8mCQn8fjqOqq5p-KWAzCfwrhouok75m35s515TeU3YruS5OC/s1600/ahmad+dahlan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioX7REleHlH55OFzKjHdy25vrjXf5SdTrHqXGdEX13fRq5vgFrvKYzeN9poNqUeQ58GBLu-Y8m_3SJxI_SSQIf8tZ3d5zt8mCQn8fjqOqq5p-KWAzCfwrhouok75m35s515TeU3YruS5OC/s1600/ahmad+dahlan.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">Kyai Haji Ahmad Dahlan</span></b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;"> atau Muhammad Darwis (lahir di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Yogyakarta</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1 Agustus</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1868</span> – meninggal di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Yogyakarta</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">23 Februari</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1923</span>pada umur 54 tahun) adalah seorang <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Pahlawan Nasional Indonesia</span>. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">ulama</span> dan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">khatib</span> terkemuka di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta</span> pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat</span> pada masa itu.</span></div><a name='more'></a><br /><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Latar belakang keluarga dan pendidikan<o:p></o:p></span></b></div></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah <b>Muhammad Darwisy</b>. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Maulana Malik Ibrahim</span>, salah seorang yang terkemuka di antara <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Walisongo</span>, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah<i><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Maulana Malik Ibrahim</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Maulana Ishaq</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Maulana 'Ainul Yaqin</span>, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan)</i>. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Mekah</span> selama lima tahun. Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam Islam, seperti <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Muhammad Abduh</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Al-Afghani</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Rasyid Ridha</span> dan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Ibnu Taimiyah</span>. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1888</span>, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1903</span>, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Syeh Ahmad Khatib</span> yang juga guru dari pendiri <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">NU</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">KH. Hasyim Asyari</span>. Pada tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1912</span>, ia mendirikan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Muhammadiyah</span> di kampung<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Kauman, Yogyakarta</span>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Siti Walidah</span>, sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Aisyiyah</span>. Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.<sup><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">[1]</span></sup> Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">KH. Ahmad Dahlan dimakamkan di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">KarangKajen</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Yogyakarta</span>.<o:p></o:p></span></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"> <div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pengalaman organisasi<o:p></o:p></span></b></div></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Disamping aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan dakwah <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Muhammadiyah</span>, ia juga dikenal sebagai seorang wirausahawan yang cukup berhasil dengan berdagang<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">batik</span> yang saat itu merupakan profesi wiraswasta yang cukup menggejala di masyarakat.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sebagai seorang yang aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan mempunyai gagasan-gagasan cemerlang, Dahlan juga dengan mudah diterima dan dihormati di tengah kalangan masyarakat, sehingga ia juga dengan cepat mendapatkan tempat di organisasi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Jam'iyatul Khair</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Budi Utomo</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Syarikat Islam</span> dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Muhammadiyah</span> untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Islam</span>. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">al-Qur'an</span> dan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">al-Hadits</span>. Perkumpulan ini berdiri bertepatan pada tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">18 November</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1912</span>. Dan sejak awal Dahlan telah menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan bergerak di bidang pendidikan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnahan, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepadanya. la dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya kyai palsu, karena sudah meniru-niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, serta bergaul dengan tokoh-tokoh Budi Utomo yang kebanyakan dari golongan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">priyayi</span>, dan bermacam-macam tuduhan lain. Saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">OSVIA</span> Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">priyayi</span>. Bahkan ada pula orang yang hendak membunuhnya. Namun ia berteguh hati untuk melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaruan Islam di tanah air bisa mengatasi semua rintangan tersebut.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">20 Desember</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1912</span>, Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Hindia Belanda</span> untuk mendapatkan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">badan hukum</span>. Permohonan itu baru dikabulkan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Yogyakarta</span> dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta. Dari Pemerintah Hindia Belanda timbul kekhawatiran akan perkembangan organisasi ini. Maka dari itu kegiatannya dibatasi. Walaupun Muhammadiyah dibatasi, tetapi di daerah lain seperti <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Srandakan</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Wonosari</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Imogiri</span> dan lain-Iain telah berdiri cabang Muhammadiyah. Hal ini jelas bertentangan dengan keinginan pemerintah Hindia Belanda. Untuk mengatasinya, maka KH. Ahmad Dahlan menyiasatinya dengan menganjurkan agar cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta memakai nama lain. Misalnya<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Nurul Islam</span> di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Pekalongan</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Al-Munir</span> di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Ujung Pandang</span>, Ahmadiyah di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Garut</span>. Sedangkan di Solo berdiri perkumpulan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Sidiq Amanah Tabligh Fathonah</span> (SATF) yang mendapat pimpinan dari cabang Muhammadiyah. Bahkan dalam kota Yogyakarta sendiri ia menganjurkan adanya jama'ah dan perkumpulan untuk mengadakan pengajian dan menjalankan kepentingan Islam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Berbagai perkumpulan dan jama'ah ini mendapat bimbingan dari Muhammadiyah, diantaranya ialah <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Ikhwanul-Muslimin</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Taqwimuddin</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Cahaya Muda</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Hambudi-Suci</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Khayatul Qulub</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Priya Utama</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Dewan Islam</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Thaharatul Qulub</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Thaharatul-Aba</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Ta'awanu alal birri</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Ta'ruf bima kanu wal- Fajri</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Wal-Ashri</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Jamiyatul Muslimin</span>, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Syahratul Mubtadi</span>. <o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dahlan juga bersahabat dan berdialog dengan tokoh agama lain seperti Pastur <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">van Lith</span> pada 1914-1918. Van Lith adalah pastur pertama yang diajak dialog oleh Dahlan. Pastur van Lith di Muntilan yang merupakan tokoh di kalangan keagamaan Katolik. Pada saat itu Kiai Dahlan tidak ragu-ragu masuk gereja dengan pakaian hajinya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh Ahmad Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">7 Mei</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1921</span>Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">2 September</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1921</span>.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, Dahlan juga memfasilitasi para anggota Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah Muhammadiyah, telah diselenggarakan dua belas kali pertemuan anggota (sekali dalam setahun), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (persidangan umum).<o:p></o:p></span></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"> <div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pahlawan Nasional<o:p></o:p></span></b></div></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui pembaharuan Islam dan pendidikan, maka Pemerintah <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Republik Indonesia</span>menetapkannya sebagai <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Pahlawan Nasional</span> dengan surat Keputusan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Presiden</span> no. 657 tahun 1961. Dasar-dasar penetapan itu ialah sebagai berikut:<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 1.2pt; margin-left: 38.4pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Arial;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">KH. Ahmad Dahlan telah mempelopori kebangkitan ummat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 1.2pt; margin-left: 38.4pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Arial;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dengan organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam;<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 1.2pt; margin-left: 38.4pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Arial;">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah mempelopori amal usaha sosial dan pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa ajaran Islam; dan<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 1.2pt; margin-left: 38.4pt; mso-list: l0 level1 lfo1; mso-margin-top-alt: auto; tab-stops: list 36.0pt; text-indent: -18.0pt;"><!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: Arial;">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Aisyiyah</span>) telah mempelopori kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial, setingkat dengan kaum pria.<o:p></o:p></span></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"> <div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Film<o:p></o:p></span></b></div></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt;"><i><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Artikel utama untuk bagian ini adalah: <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Sang Pencerah</span><o:p></o:p></span></i></div><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 4.8pt;"><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kisah hidup dan perjuangan Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadyah diangkat ke layar lebar dengan judul <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Sang Pencerah</span>. Tidak hanya menceritakan tentang sejarah kisah Ahmad Dahlan, film ini juga bercerita tentang perjuangan dan semangat patriotisme anak muda dalam merepresentasikan pemikiran-pemikirannya yang dianggap bertentangan dengan pemahaman agama dan budaya pada masa itu, dengan latar belakang suasana <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Kebangkitan Nasional</span>. <o:p></o:p></span></div><br /><div class="MsoNormal"><br /></div></div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-4238200594283501042013-06-11T01:02:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.878-07:00Ki Hadjar Dewantara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjObuSAxe7n0sj_LgovTHUdA3EnikcDMYD_bJeA1TfGwm2NrWKeNhAODVplN73NjszkzHMzcxJt1C8eoWaO64u4XG77SOk5CoYNgHUYOSN-fBZLSdP-gm7jj4evDH9K4dwNzp5AF7BZLWuZ/s1600/Ki+Hadjar+Dewantara.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjObuSAxe7n0sj_LgovTHUdA3EnikcDMYD_bJeA1TfGwm2NrWKeNhAODVplN73NjszkzHMzcxJt1C8eoWaO64u4XG77SOk5CoYNgHUYOSN-fBZLSdP-gm7jj4evDH9K4dwNzp5AF7BZLWuZ/s200/Ki+Hadjar+Dewantara.jpg" width="157" /></a></div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Raden Mas <b>Soewardi Soerjaningrat </b><br />(EYD: <b>Suwardi Suryaningrat</b>,<br />sejak 1972 menjadi <b>Ki Hadjar Dewantara</b>,<br />EYD: <b>Ki Hajar Dewantara</b>, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun; <span style="background-color: transparent; text-align: left;">selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakankemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.</span><br /><a name='more'></a>Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, <i>tut wuri handayani</i>, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Masa_muda_dan_awal_karier">Masa muda dan awal karier: </span><span style="font-size: 13px;">Soewardi berasal dari lingkungan keluarga </span><span style="font-size: x-small;">Keraton Yogyakarta</span><span style="font-size: 13px;">. Ia menamatkan </span><span style="font-size: x-small;">pendidikan dasar</span><span style="font-size: 13px;"> di </span><span style="font-size: x-small;">ELS</span><span style="font-size: 13px;"> (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke </span><span style="font-size: x-small;">STOVIA</span><span style="font-size: 13px;"> (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan </span><span style="font-size: x-small;">wartawan</span><span style="font-size: 13px;"> di beberapa </span><span style="font-size: x-small;">surat kabar</span><span style="font-size: 13px;">, antara lain, </span><i style="font-size: 13px;">Sediotomo</i><span style="font-size: 13px;">, </span><i style="font-size: 13px;">Midden Java</i><span style="font-size: 13px;">, </span><i style="font-size: 13px;">De Expres</i><span style="font-size: 13px;">,</span><i style="font-size: 13px;">Oetoesan Hindia</i><span style="font-size: 13px;">, </span><i style="font-size: 13px;">Kaoem Moeda</i><span style="font-size: 13px;">, </span><i style="font-size: 13px;">Tjahaja Timoer</i><span style="font-size: 13px;">, dan </span><i style="font-size: 13px;">Poesara</i><span style="font-size: 13px;">. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.</span></h2><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Aktivitas_pergerakan">Aktivitas pergerakan<span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 13px;">: </span></span></span><span style="font-size: 13px;">Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya </span><span style="font-size: x-small;">Boedi Oetomo</span><span style="font-size: 13px;"> (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di </span><span style="font-size: x-small;">Yogyakarta</span><span style="font-size: 13px;"> juga diorganisasi olehnya.</span></h2><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span style="font-size: 13px;">Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi </span><i style="font-size: 13px;">Insulinde</i><span style="font-size: 13px;">, suatu organisasi multietnik yang didominasi </span><span style="font-size: x-small;">kaum Indo</span><span style="font-size: 13px;"> yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh </span><span style="font-size: x-small;">Ernest Douwes Dekker</span><span style="font-size: 13px;"> (DD). Ketika kemudian DD mendirikan </span><i style="font-size: 13px;">Indische Partij</i><span style="font-size: 13px;">, Soewardi diajaknya pula.</span></h2><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-weight: normal; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Als_ik_een_Nederlander_was"><i><span style="font-size: 19px; line-height: 19.1875px;">Als ik een Nederlander was</span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 13px;">: </span></span></i></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari</span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">Perancis</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam </span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">surat kabar</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> </span><i style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">De Expres</i><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> pimpinan DD, </span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">13 Juli</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> </span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">1913</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.</span></h2><dl style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.2em;"><dd style="line-height: 1.5em; margin-bottom: 0.1em; margin-left: 1.6em; margin-right: 0px; text-align: justify;"><i>"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si</i> inlander <i>memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa</i> inlander <i>diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".</i></dd></dl><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.</div><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-weight: normal; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Dalam_pengasingan"><span style="font-size: 19px; line-height: 19.1875px;">Dalam pengasingan</span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 13px;">: </span></span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, </span><i style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">Indische Vereeniging</i><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> (Perhimpunan Hindia).</span></h2><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh <i>Europeesche Akte</i>, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-weight: normal; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Taman_Siswa"><span style="font-size: 19px; line-height: 19.1875px;">Taman Siswa</span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 13px;">: </span></span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal </span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">3 Juli</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> </span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">1922</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">: </span><i style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa</i><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;"> atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan </span><span style="font-size: x-small;"><span style="line-height: 19.1875px;">penanggalan Jawa</span></span><span style="font-size: 13px; line-height: 19.1875px;">, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.</span></h2><div style="background-color: white; font-family: sans-serif; font-size: 13px; line-height: 19.1875px; margin-bottom: 0.5em; margin-top: 0.4em; text-align: justify;">Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi <i>ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.</i> ("di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.</div><h2 style="background-color: white; background-image: none; border-bottom-color: rgb(170, 170, 170); border-bottom-style: solid; border-bottom-width: 1px; font-family: sans-serif; font-size: 19px; font-weight: normal; line-height: 19.1875px; margin: 0px 0px 0.6em; overflow: hidden; padding-bottom: 0.17em; padding-top: 0.5em; text-align: justify;"><span class="mw-headline" id="Pengabdian_pada_masa_Indonesia_merdeka">Pengabdian pada masa Indonesia merdeka: </span><span style="font-size: 13px;">Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di </span><span style="font-size: x-small;">Taman Wijaya Brata</span><span style="font-size: 13px;">.</span><span style="font-size: 13px;">Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi </span><span style="font-size: x-small;">Menteri Pengajaran Indonesia</span><span style="font-size: 13px;"> (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (</span><span style="font-size: x-small;">doctor honoris causa</span><span style="font-size: 13px;">, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, </span><span style="font-size: x-small;">Universitas Gadjah Mada</span><span style="font-size: 13px;">. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).</span></h2></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-87272066515222743312013-05-21T21:21:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.937-07:00Kiai Haji Mas Mansoer<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: justify;"><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1GCA98JJPf3LmIs0HRUrXuS1-BA3QCDC8BAsIwCrKvgMfHTNIn0-QCwaSHk3OEDGCw43NugANQBWck5CpNpZgqD5KE9VQA8mKpsCouW4hMHMtE1gE18qEwJ_N043d4_qBcFSTEAA6bRs1/s1600/Mas_Mansur.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1GCA98JJPf3LmIs0HRUrXuS1-BA3QCDC8BAsIwCrKvgMfHTNIn0-QCwaSHk3OEDGCw43NugANQBWck5CpNpZgqD5KE9VQA8mKpsCouW4hMHMtE1gE18qEwJ_N043d4_qBcFSTEAA6bRs1/s1600/Mas_Mansur.jpg" /></a></div><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kiai Haji Mas Mansoer</span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;"> (lahir di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Surabaya</span>, <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">25 Juni</span> <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">1896</span> – meninggal di Surabaja, <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">25 April</span> <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">1946</span> pada umur 49 tahun) adalah seorang tokoh <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Islam</span> dan <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">pahlawan nasional Indonesia</span>.<o:p></o:p></span></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Keluarga<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ibunya bernama Raudhah, seorang wanita kaya yang berasal dari keluarga Pesantren Sidoresmo Wonokromo Surabaya. Ayahnya bernama KH. Mas Achmad Marzoeqi, seorang pionir Islam, ahli agama yang terkenal di Jawa Timur pada masanya. </span><br /><a name='more'></a><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Dia berasal dari keturunan bangsawan Astatinggi Sumenep, Madura. Dia dikenal sebagai imam tetap dan khatib di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Masjid Ampel</span>, suatu jabatan terhormat pada saat itu.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pendidikan<b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Nyantri pada Kyai Kholil Bangkalan<o:p></o:p></span></b></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Masa kecilnya dilalui dengan belajar agama pada ayahnya sendiri. Di samping itu, dia juga belajar di Pesantren Sidoresmo, dengan Kiai Muhammad Thaha sebagai gurunya. Pada tahun 1906, ketika Mas Mansur berusia sepuluh tahun, dia dikirim oleh ayahnya ke Pondok Pesantren Demangan, Bangkalan, Madura. Di sana, dia mengkaji <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Al-Qur'an</span> dan mendalami kitab Alfiyah ibn Malik kepada Kiai Khalil. Belum lama dia belajar di sana kurang lebih dua tahun, Kia Khalil meninggal dunia, sehingga Mas Mansur meninggalkan pesantren itu dan pulang ke Surabaya.<b><o:p></o:p></b></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Belajar di Mekkah dan Mesir<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Sepulang dari Pondok Pesantren Demangan pada tahun 1908, oleh orang tuanya disarankan untuk menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah pada Kiai Mahfudz yang berasal dari Pondok Pesantren Termas Pacitan Jawa Timur. Setelah kurang lebih empat tahun belajar di sana, situasi politik di Saudi memaksanya pindah ke Mesir. Penguasa Arab Saudi,<span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Syarif Hussen</span>, mengeluarkan instruksi bahwa orang asing harus meninggalkan Makkah supaya tidak terlibat sengketa itu. Pada mulanya ayah Mas Mansoer tidak mengizinkannya ke Mesir, karena citra Mesir (Kairo) saat itu kurang baik di mata ayahnya, yaitu sebagai tempat bersenang-senang dan maksiat. Meskipun demikian, Mas Mansoer tetap melaksanakan keinginannya tanpa izin orang tuanya. Kepahitan dan kesulitan hidup karena tidak mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya untuk biaya sekolah dan biaya hidup harus dijalaninya. Oleh karena itu, dia sering berpuasa Senin dan Kamis dan mendapatkan uang dan makanan dari masjid-masjid. Keadaan ini berlangsung kurang lebih satu tahun, dan setelah itu orang tuanya kembali mengiriminya dana untuk belajar di Mesir.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Di Mesir, dia belajar di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Perguruan Tinggi Al-Azhar</span> pada Syaikh Ahmad Maskawih. Suasana Mesir pada saat itu sedang gencar-gencarnya membangun dan menumbuhkan semangat kebangkitan nasionalisme dan pembaharuan. Banyak tokoh memupuk semangat rakyat Mesir, baik melalui media massa maupun pidato. Mas Mansoer juga memanfaatkan kondisi ini dengan membaca tulisan-tulisan yang tersebar di media massa dan mendengarkan pidato-pidatonya. Ia berada di Mesir selama kurang lebih dua tahun. Sebelum pulang ke tanah air, terlebih dulu dia singgah dulu di Makkah selama satu tahun, dan pada tahun 1915 dia pulang ke Indonesia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Menikah<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Sepulang dari belajar di Mesir dan Makkah, ia menikah dengan puteri Haji Arif yaitu Siti Zakijah yang tinggalnya tidak jauh dari rumahnya. Dari hasil pernikahannya itu, mereka dikaruniai enam orang anak, yaitu Nafiah, Ainoerrafiq, Aminah, Mohammad Noeh, Ibrahim dan Loek-loek. Di samping menikah dengan Siti Zakijah, dia juga menikah dengan Halimah. Dia menjalani hidup dengan istri kedua ini tidak berlangsung lama, hanya dua tahun, karena pada tahun 1939 Halimah meninggal dunia.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Bergabung dengan Sarekat Islam<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Langkah awal Mas Mansoer sepulang dari belajar di luar negeri ialah bergabung dalam <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Sarekat Islam</span>. Peristiwa yang dia saksikan dan alami baik di Makkah, yaitu terjadinya pergolakan politik, maupun di Mesir, yaitu munculnya gerakan <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">nasionalisme</span> dan pembaharuan merupakan modal baginya untuk mengembangkan sayapnya dalam suatu organisasi. Pada saat itu, SI dipimpin oleh <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Oemar Said Tjokroaminoto</span>, dan terkenal sebagai organisasi yang radikal dan revolusioner. Ia dipercaya sebagai Penasehat Pengurus Besar SI.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Taswir Al-Afkar<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Di samping itu, Mas Mansoer juga membentuk majelis diskusi bersama <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Wahab Hasboellah</span> yang diberi nama Taswir al-Afkar (Cakrawala Pemikiran). Terbentuknya majelis ini diilhami oleh Masyarakat Surabaya yang diselimuti kabut kekolotan. Masyarakat sulit diajak maju, bahkan mereka sulit menerima pemikiran baru yang berbeda dengan tradisi yang mereka pegang. Taswir al-Afkar merupakan tempat berkumpulnya para ulama Surabaya yang sebelumnya mereka mengadakan kegiatan pengajian di rumah atau di surau masing-masing. Masalah-masalah yang dibahas berkaitan dengan masalah-masalah yang bersifat keagamaan murni sampai masalah politik perjuangan melawan penjajah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Aktivitas Taswir al-Afkar itu mengilhami lahirnya berbagai aktivitas lain di berbagai kota, seperti Nahdhah al-Wathan (Kebangkitan Tanah Air) yang menitikberatkan pada pendidikan. Sebagai kelanjutan Nahdhah al-Wathan, Mas Mansur dan Abdul Wahab Hasbullah mendirikan madrasah yang bernama Khitab al-Wathan (Mimbar Tanah Air), kemudian madrasah Ahl al-Wathan (Keluarga Tanah Air) di Wonokromo, Far'u al-Wathan (Cabang Tanah Air) di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Gresik</span> dan Hidayah al-Wathan (Petunjuk Tanah Air) di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Jombang</span>. Kalau diamati dari nama yang mereka munculkan, yaitu wathan yang berarti tanah air, maka dapat diketahui bahwa kecintaan mereka terhadap tanah air sangat besar. Mereka berusaha mencerdaskan bangsa Indonesia dan berusaha mengajak mereka untuk membebaskan tanah air dari belenggu penjajah. Pemerintahan sendiri tanpa campur tangan bangsa lain itulah yang mereka harapkan.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Taswir al-Afkar merupakan wadah yang diskusinya mau tidak mau permasalahan yang mereka diskusikan merembet pada masalah khilafiyah, ijtihad, dan madzhab. Terjadinya perbedaan pendapat antara Mas Mansoer dengan <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Abdoel Wahab Hasboellah</span> mengenai masalah-masalah tersebut yang menyebabkan Mas Mansoer keluar dari Taswir al-Afkar.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kepenulisan<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Mas Mansoer juga banyak menghasilkan tulisan-tulisan yang berbobot. Pikiran-pikiran pembaharuannya dituangkannya dalam media massa. Majalah yang pertama kali diterbitkan bernama <i>Soeara Santri</i>. Kata santri digunakan sebagai nama majalah, karena pada saat itu kata santri sangat digemari oleh masyarakat. Oleh karena itu, <i>Soeara Santri</i> mendapat sukses yang gemilang. <i>Djinem</i> merupakan majalah kedua yang pernah diterbitkan oleh Mas Mansoer. Majalah ini terbit dua kali sebulan dengan menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab. Kedua majalah tersebut merupakan sarana untuk menuangkan pikiran-pikirannya dan mengajak para pemuda melatih mengekspresikan pikirannya dalam bentuk tulisan. Melalui majalah itu Mas Mansoer mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan kemusyrikan dan kekolotan. Di samping itu, Mas Mansoer juga pernah menjadi redaktur <i>Kawan Kita</i> di Surabaya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Tulisan-tulisan Mas Mansur pernah dimuat di <i>Siaran</i> dan <i>Kentoengan</i> di Surabaya; <i>Penagandjoer dan Islam Bergerak</i> di Jogjakarta; <i>Pandji Islam dan Pedoman Masyarakat</i> di<span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Medan</span> dan <i>Adil</i> di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Solo</span>. Di samping melalui majalah-majalah, Mas Mansoer juga menuliskan ide dan gagasannya dalam bentuk buku, antara lain yaitu <i>Hadits Nabawijah</i>; <i>Sjarat Sjahnja Nikah</i>; <i>Risalah Tauhid dan Sjirik</i>; dan <i>Adab al-Bahts wa al-Munadlarah</i>.<o:p></o:p></span></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kegiatan di Muhammadiyah<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 3.6pt;"><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Mulai aktif di Muhammadiyah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Di samping aktif dalam bidang tulis-menulis, dia juga aktif dalam organisasi, meskipun aktivitasnya dalam organisasi menyita waktunya dalam dunia jurnalistik. Pada tahun 1921, Mas Mansoer masuk organisasi Muhammadiyah. Aktivitas Mas Mansoer dalam Muhammadiyah membawa angin segar dan memperkokoh keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi pembaharuan. Tangga-tangga yang dilalui Mas Mansur selalu dinaiki dengan mantap. Hal ini terlihat dari jenjang yang dilewatinya, yakni setelah Ketua Cabang Muhammadiyah Surabaya, kemudian menjadi Konsul Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur. Puncak dari tangga tersebut adalah ketika Mas Mansur menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah pada tahun 1937-1943.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 3.6pt;"><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Terpilih menjadi Ketua PB Muhammadiyah<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Mas Mansoer dikukuhkan sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Jogjakarta pada bulan Oktober 1937. Banyak hal pantas dicatat sebelum Mas Mansoer terpilih sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Suasana yang berkembang saat itu ialah ketidakpuasan angkatan muda Muhammadiyah terhadap kebijakan Pengurus Besar Muhammadiyah yang terlalu mengutamakan pendidikan, yaitu hanya mengurusi persoalan sekolah-sekolah Muhammadiyah, tetapi melupakan bidang tabligh (penyiaran agama Islam). Angkatan Muda Muhammadiyah saat itu berpendapat bahwa Pengurus Besar Muhammadiyah hanya dikuasai oleh tiga tokoh tua, yaitu KH. Hisjam (Ketua Pengurus Besar), KH. Moechtar (Wakil Ketua), dan KH. Sjuja' sebagai Ketua Majelis PKO (Pertolongan Kesedjahteraan Oemoem).<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Situasi bertambah kritis ketika dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di Jogjakarta pada tahun 1937, ranting-ranting Muhammadiyah lebih banyak memberikan suara kepada tiga tokoh tua tersebut. Kelompok muda di lingkungan Muhammadiyah semakin kecewa. Namun setelah terjadi dialog, ketiga tokoh tersebut ikhlas mengundurkan diri.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Setelah mereka mundur lewat musyawarah, <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Ki Bagoes Hadikoesoemo</span> diusulkan untuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, namun ia yang menolak. Kiai Hadjid juga menolak ketika ia dihubungi untuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah. Perhatian pun diarahkan kepada Mas Mansoer (Konsul Muhammadiyah Daerah Surabaya). Pada mulanya Mas Mansoer menolak, tetapi setelah melalui dialog panjang ia bersedia menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pergeseran kepemimpinan dari kelompok tua kepada kelompok muda dalam Pengurus Besar Muhammadiyah tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah saat itu sangat akomodatif dan demokratis terhadap aspirasi kalangan muda yang progresif demi kemajuan Muhammadiyah, bukan demi kepentingan perseorangan. Bahkan Pengurus Besar Muhammadiyah pada periode Mas Mansoer juga banyak didominasi oleh angkatan muda Muhammadiyah yang cerdas, tangkas, dan progresif.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 3.6pt;"><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Gaya kepemimpinan<o:p></o:p></span></b></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Terpilihnya Mas Mansoer sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah meniscayakannya untuk pindah ke Jogjkarta bersama keluarganya. Untuk menopang kehidupannya, Muhammadiyah tidak memberikan gaji, melainkan ia diberi tugas sebagai guru di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah, sehingga ia mendapatkan penghasilan dari sekolah tersebut. Sebagai Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, Mas Mansoer juga bertindak disiplin dalam berorganisasi. Sidang-sidang Pengurus Besar Muhammadiyah selalu diadakan tepat pada waktunya. Demikian juga dengan para tamu Muhammadiyah dari daerah-daerah. Berbeda dari Pengurus Besar Muhammadiyah sebelumnya yang seringkali menyelesaikan persoalan Muhammadiyah di rumahnya masing-masing, Mas Mansoer selalu menekankan bahwa kebiasaan seperti itu tidak baik bagi disiplin organisasi, karena Pengurus Besar Muhammadiyah telah memiliki kantor sendiri beserta segenap karyawan dan perlengkapannya. Namun ia tetap bersedia untuk menerima silaturrahmi para tamu Muhammadiyah dari daerah-daerah itu di rumahnya untuk urusan yang tidak berkaitan dengan Muhammadiyah.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kepemimpinannya ditandai dengan kebijaksanaan baru yang disebut Langkah Muhammadiyah 1938-1949. Ada duabelas langkah yang dicanangkannya. Selain itu, Mas Mansoer juga banyak membuat gebrakan dalam hukum Islam dan politik ummat Islam saat itu. Yang perlu untuk pula dicatat, Mas Mansoer tidak ragu mengambil kesimpulan tentang hukum bank, yakni haram, tetapi diperkenankan, dimudahkan, dan dimaafkan, selama keadaan memaksa untuk itu. Ia berpendapat bahwa secara hukum bunga bank adalah haram, tetapi ia melihat bahwa perekonomian ummat Islam dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, sedangkan ekonomi perbankan saat itu sudah menjadi suatu sistem yang kuat di masyarakat. Oleh karena itu, jika ummat Islam tidak memanfaatkan dunia perbankan untuk sementara waktu, maka kondisi perekonomian ummat Islam akan semakin turun secara drastis. Dengan demikian, dalam kondisi keterpaksaan tersebut dibolehkan untuk memanfaatkan perbankan guna memperbaiki kondisi perekonomian ummat Islam.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Kegiatan politik<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Dalam perpolitikan ummat Islam saat itu, Mas Mansoer juga banyak melakukan gebrakan. Sebelum menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, Mas Mansoer sebenarnya sudah banyak terlibat dalam berbagai aktivitas politik ummat Islam. Setelah menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, ia pun mulai melakukan gebrakan politik yang cukup berhasil bagi ummat Islam dengan memprakarsai berdirinya <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)</span> bersama Hasyim Asy'ari dan Wahab Hasboellah yang keduanya dari Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga memprakarsai berdirinya Partai Islam Indonesia (PII) bersama Dr. Sukiman Wiryasanjaya sebagai perimbangan atas sikap non-kooperatif dari Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Demikian juga ketika <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Jepang berkuasa di Indonesia</span>, Mas Mansoer termasuk dalam empat orang tokoh nasional yang sangat diperhitungkan, yang terkenal dengan empat serangkai, yaitu <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Soekarno</span>, <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Mohammad Hatta</span>, <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Ki Hadjar Dewantara</span>, dan Mas Mansur.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Keterlibatannya dalam empat serangkai mengharuskannya pindah ke Jakarta, sehingga Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah diserahkan kepada Ki Bagoes Hadikoesoemo. Namun kekejaman pemerintah Jepang yang luar biasa terhadap rakyat Indonesia menyebabkannya tidak tahan dalam empat serangkai tersebut, sehingga ia memutuskan untuk kembali ke Surabaya, dan kedudukannya dalam empat serangkai digantikan oleh Ki Bagoes Hadikoesoemo.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Meninggal dunia<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Ketika pecah perang kemerdekaan, Mas Mansoer belum sembuh benar dari sakitnya. Namun ia tetap ikut berjuang memberikan semangat kepada barisan pemuda untuk melawan kedatangan tentara Belanda (<span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">NICA</span>). Akhirnya ia ditangkap oleh tentara NICA dan dipenjarakan di <span style="color: black; mso-themecolor: text1; text-decoration: none; text-underline: none;">Kalisosok</span>. Di tengah pecahnya perang kemerdekaan yang berkecamuk itulah, Mas Mansur meninggal di tahanan pada tanggal 25 April 1946. Jenazahnya dimakamkan di Gipo Surabaya.<o:p></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><br /></div><div style="background: white; border-bottom: solid #AAAAAA 1.0pt; border: none; mso-border-bottom-alt: solid #AAAAAA .75pt; mso-element: para-border-div; padding: 0cm 0cm 2.0pt 0cm;"><div class="MsoNormal" style="background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: none; line-height: 16.05pt; margin-bottom: 7.2pt; padding: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Pahlawan nasional<o:p></o:p></span></div></div><div class="MsoNormal" style="background-color: white; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; line-height: 16.05pt; margin: 4.8pt 0cm 6pt;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt;">Atas jasa-jasanya, oleh Pemerintah Republik Indonesia ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional bersama teman seperjuangannya, yaitu KH. Fakhruddin.<o:p></o:p></span></div><br /><div class="MsoNormal"><br /></div></div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-62386589071594032912013-05-15T21:57:00.000-07:002014-04-21T00:53:44.994-07:00Buya Hamka<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYtLeNMMKLo0gqOFKjINluQY0bAC1Yf8735XrI-gAWU4-jlDcrZsFZ1s1Hr09GEMqWo9AgZxrfQa6CrQicVRa0yuSOBo9Qkdefv6rpyvhWyB6k0np7gjuXprpUsf9PynbjE-K0vpJP0L1h/s1600/buya-hamka-dalam-dokumentasi-ed-zulverdi1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYtLeNMMKLo0gqOFKjINluQY0bAC1Yf8735XrI-gAWU4-jlDcrZsFZ1s1Hr09GEMqWo9AgZxrfQa6CrQicVRa0yuSOBo9Qkdefv6rpyvhWyB6k0np7gjuXprpUsf9PynbjE-K0vpJP0L1h/s200/buya-hamka-dalam-dokumentasi-ed-zulverdi1.jpg" width="157" /></a></div><span style="text-align: justify;">Buya Hamka, Beliau adalah sejarawan,sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, aktivis politik dan seorang penulis handal. belakangan beliau diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau </span><span4134638 style="text-align: justify;">yang</span4134638><span style="text-align: justify;"> berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati.</span><br /><div style="text-align: justify;"><br /><a name='more'></a><br /></div><div style="text-align: justify;">Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrulloh, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Buya Hamka yang bergelar Tuanku Syaikh, gelar pusaka yang diberikan ninik mamak dan Majelis Alim-Ulama negeri Sungai Batang a Tanjung Sani, 12 Rabiaul Akhir 1386 H/ 31 Juli 1966 M, pernah mendapatkan anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, 1958, Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974, dan gelar Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain dikenal sebagai ulama kharismatik, Hamka juga dikenal sebagai pujangga.</div><div style="text-align: justify;">Sejak usia 17 tahun, ia sudah menulis roman berjudul Siti Rabiah. Aktivitas tulis menulis itu ditentang oleh keluarganya. Namun Hamka jalan terus untuk mencari jati dirinya dan berusaha keluar dari bayangan nama besar ayahnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain itu, lanjut Habib Rizieq mengatakan, ketulusan Buya Hamka menegakan syariah dan aqidah Islam terlihat jelas dari hasil tafsir yang ditulisnya pada jilid 6, di mana beliau mengamanatkan agar hukum-hukum Islam menjadi rujukan hukum nasional di Indonesia. aBeliau seperti berpesan kepada pemimpin bangsa di dalam tulisannya agar tidak pernah kompromi dalam memperjuangkan kebenaran yang datang dari ajaran-ajaran Islama.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka dikenal sebagai seorang moderat. Paling tidak bisa dilihat dari cara dia menyampaikan sesuatu yang selalu menempatkan hati dan pikiran dalam satu posisi yang sama berharganya. Tidak pernah dia mengeluarkan kata-kata keras, apalagi kasar dalam komunikasinya. Hal ini sudah ia tunjukkan dari sejak muda. Ia lebih suka memilih menulis roman atau cerpen dalam menyampaikan pesan-pesan moral Islam. Hamka yang bergelar Datuk In Domo ini mengakui bahwa memang dia menjadi lebih moderat ketika usianya bertambah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar dan antara novel-novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di Malaysia dan Singapura termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti anugerah kehormatan Doctor Honoris Causa, Universitas al-Azhar, 1958; Doktor Honoris Causa, Universitas Kebangsaan Malaysia, 1974; dan gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia. Buya Hamka berpulang ke Rahmatullah, 24 Juli 1981, telah meninggalkan warisan dan pelajaran yang sangat berharga untuk ditindak lanjuti oleh genarasi Islam, yaitu istiqamah dalam berjuang, menjaga persatuan umat dan peduli terhadap urusan kaum Muslimin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">HAMKA dilahirkan di Maninjau, Sumatra Barat, 16 Februari 1908. Ayahnya bernama H.Abdul Karim Amrulloh seorang tokoh gerakan Islam kaum muda Minangkabau. Setelah menunaikan ibadah haji, gelar religius itu disimpan di depan nama aslinya. Jadilah ia bernama HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka mendapat pendidikan di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thowlib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Buya Hamka adalah seorang ulama yang memiliki aizzah, tegas dalam aqidah dan toleran dalam masalah khilafiyah. Beliau sangat peduli terhadap urusan umat Islam, sehingga tidak mengherankan, di dalam dakwahnya, baik berupa tulisan maupun lisan, ceramah, pidato atau khutbah selalu menekankan tentang ukhuwah Islamiyah, menghindari perpacahan dan mengingatkan umat untuk peduli terhadap urusan kaum muslimin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui organisasi Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah. Mulai tahun 1928, beliau mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929,</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar. Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya meletak jawatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Sukarno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakanlah maka beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. Hamka juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak muda, HAMKA dikenal sebagai seorang pengelana. Bahkan ayahnya, memberi gelar Si Bujang Jauh. Pada usia 16 tahun ia merantau ke Jawa untuk menimba ilmu tentang gerakan Islam modern kepada HOS Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadikusumo, RM Soerjopranoto, dan KH Fakhrudin. Saat itu, HAMKA mengikuti berbagai diskusi dan training pergerakan Islam di Abdi Dharmo Pakualaman, Yogyakarta.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada usia 30-an, ia tak langsung memilih menjadi ulama, meski ia sendiri termasuk muballig muda Muhammadiyah di kota Medan. Ia lebih suka bergelut di bidang jurnalistik. Bersama Abdullah Puar, pada tahun 1936 ia mendirikan majalah Pedoman Masyarakat di kota Medan. Di majalah inilah ia menulis tulisan bersambung yang di kemudian hari menjadi buku Tasawuf Modern yang terkenal itu, ia tetap saja dikenal.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada periode ini, tulisan Hamka yang mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Mesir tahun 1958 ini sudah lebih banyak berupa kajian-kajian keIslaman yang mencakup seluruh bidang. Setelah peristiwa 1965 dan berdirinya pemerintahan Orde Baru, Hamka secara total berperan sebagai ulama. Ia meninggalkan dunia politik dan sastra. Tulisan-tulisannya di Panji Masyarakat sudah merefleksikannya sebagai seorang ulama yang sangat bagus penuturannya. Keulamaan Hamka lebih menonjol lagi ketika dia menjadi ketua MUI pertama tahun 1975.</div><br /><h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small; font-weight: normal;">Senada dengan itu, Ketua Front Pembela Islam Habib Riziq Shihab mengatakan, Buya Hamka dapat dijadikan contoh para ulama yang ada saat ini, seperti diketahui beliau merupakan ulama yang menjadi tuntunan bukan seperti ulama sekarang yang hanya mampu sebagai tontonan. aBeliau menjadikan dakwah sebagai lahan jihad, tidak seperti yang ada sekarang dakwah dijadikan lahan bisnis atau untuk memperkaya diri. Beliau tampil sebagai ulama dan juga pejuang, yang dikenal sampai ke luar negeri, a tegasnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: small; font-weight: normal;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: xx-small; font-weight: normal;">sumber: semangatbelajar.com</span></div></h2><br /></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-2918077395870230275.post-45644268781946549222013-05-11T21:07:00.000-07:002014-04-21T00:53:45.011-07:00Zaid bin Tsabit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div style="text-align: justify;"><b style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">cara-global.blogspot.com: </b>Dia adalah Abu Dhahhak, seorang pemimpin besar, penulis wahyu, gurunya para pembaca Al Qur`an, ahli ilmu faraidh, mufti Madinah, Abu Sa’id dan Abu Kharijah Al Khazraji An-Najjari Al Anshari</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia termasuk sahabat yang memiliki hujjah yang kuat. Umar bin Khaththab pernah menyerahkan urusan Madinah kepadanya jika dia menunaikan ibadah haji. Dia juga sahabat yang mengurus pembagian harta rampasan pada saat perang Yarmuk. Ayahnya terbunuh sebelum hijrah pada waktu perang Bu’ats, sehingga Zaid menjadi yatim. </div><div style="text-align: justify;"><br /><a name='more'></a><br /></div><div style="text-align: justify;">Dia termasuk anak yang cerdas, sehingga ketika Nabi SAW hijrah, Zaid masuk Islam pada saat dia baru berusia 11 tahun. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Kharijah, dari ayahnya, dia berkata: Nabi SAW dibawa kepadaku saat beliau sampai di Madinah, lalu mereka berkata, “Ya Rasulullah, ini adalah anak dari keturunan bani Najjar. Dia telah membaca apa yang diturunkan kepadamu, yaitu Al Qur`an, sebanyak 17 surah.” Aku kemudian membacakannya di hadapan beliau, lalu beliau pun takjub akan hal itu, maka beliau bersabda, “Wahai Zaid, belajarlah kitab Yahudi untukku. Demi Allah, aku tidak merasa aman jika mereka mengacaukan Kitabku.”</div><div style="text-align: justify;">Aku pun mempelajarinya. Tidak sampai setengah bulan aku sudah mampu mendalaminya. Kemudian aku menulis surat kepada Rasulullah SAW agar beliau menulis surat kepada mereka. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Tsabit bin Ubaid, bahwa Zaid berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Apakah kamu bisa bahasa Suryani?” Aku menjawab, “Tidak.” Nabi SAW bersabda, “Pelajarilah!” Aku pun mempelajarinya dan sanggup menguasainya selama 17 hari.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ubaid bin As-Sabbaq berkata: Zaid menceritakan kepadaku bahwa Abu Bakar pernah berkata kepadanya, “Kamu pemuda cerdas yang sempurna. Kamu juga telah menuliskan wahyu Rasulullah SAW dan mengikuti Al Qur`an, maka sekarang kumpulkan Al Qur`an itu!” Aku berkata, “Bagaimana mereka melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah?” Dia menjawab, “Demi Allah, ini lebih baik.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Abu Bakar masih terus datang memintaku hingga Allah SWT membukakan hatiku seperti halnya hati Abu Bakar dan Umar yang telah dibukakan. Aku kemudian mulai melacak Al Qur`an dan mengumpulkannya, ada yang tertulis pada kulit, pelepah kurma, daun-daunan, dan dada orang-orang yang menghafalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Anas, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Di antara umatku yang paling pandai tentang ilmu faraidh adalah Zaid bin Tsabit.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi, dia berkata, “Zaid menguasai dua perkara, yaitu Al Qur`an dan ilmu faraidh.” </div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan Abu Sa’id, dia berkata, “Ketika Rasulullah SAW wafat, para khatib Anshar berdiri dan berkata, ‘Seorang dari golongan kami dan seorang dari golongan kalian’. Zaid lalu berdiri dan berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah SAW termasuk golongan Muhajirin dan kami adalah penolongnya, maka sebaiknya yang menjadi pemimpin adalah golongan Muhajirin dan kami penolongnya’. Abu Bakar kemudian menjawab, ‘Terima kasih wahai sekalian kaum Anshar, tepat sekali ucapanmu itu. Seandainya kamu mengatakan yang lain maka kami tidak akan berdamai dengan kalian’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kharijah bin Zaid berkata, “Sejak Umar menjadi pengganti Ayahku, aku memetikkan buah kurma dari kebun untuknya ketika ia datang.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Abu Salamah, bahwa Ibnu Abbas menghampiri Zaid bin Tsabit dengan kendaraannya, kemudian memboncengnya, seraya berkata, “Paculah wahai putra paman Rasulullah!” Dia berkata, “Seperti inilah yang dilakukan oleh para ulama dan pembesar kita.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Az-Zuhri, dia berkata: Kami mendapat berita bahwa jika Zaid ditanya tentang sesuatu maka dia menjawab, “Apakah ini sudah terjadi?” Jika mereka menjawab, “Ya,” maka dia akan menjelaskan sesuatu yang diketahuinya. Jika mereka menjawab, “Tidak,” maka dia berkata, “Tunggulah sampai itu terjadi.” </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Tsabit bin Ubaid, dia berkata, “Zaid bin Tsabit adalah orang yang paling lucu dan paling pendiam di keluarganya menurut para kaum.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, dia berkata, “Ketika Zaid bin Tsabit keluar hendak menunaikan shalat Jum’at, dia bertemu dengan orang yang kembali ke rumah masing-masing, maka dia berkata kepada mereka, ‘Orang yang tidak malu kepada manusia adalah orang yang tidak malu kepada Allah’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Amar bin Abu Amar, dia berkata, “Ketika Zaid meninggal, kami duduk bersama Ibnu Abbas di bawah pohon yang teduh, dia berkata, ‘Seperti inilah kepergian ulama, dan pada hari ini telah terkubur ilmu yang banyak’.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dari Makhul, dia berkata, “Ubadah bin Ash-Shamit menyuruh seorang nabthi untuk memegang kendaraannya ketika di Baitul Maqdis, tetapi dia enggan, maka dia memukul dan melukainya. Umar lalu menengahinya seraya berkata, ‘Apa yang mendorongmu melakukan perbuatan ini?’ Dia menjawab, ‘Aku menyuruhnya dan dia tidak mau, sampai aku jengkel’. Mendengar itu, Umar berkata, ‘Duduklah kamu untuk dihukum qishash’. Zaid berkata, ‘Apakah kamu lebih membela budakmu daripada saudara laki-lakimu sendiri?’ Umar kemudian tidak jadi memukulnya, tetapi membayar diyat untuknya.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di antara kemuliaan Zaid adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq sangat mengandalkannya dalam penulisan Al Qur`an yang masih dalam bentuk lembaran-lembaran lalu mengumpulkannya dari mulut-mulut para pembesar, kulit, dan pelepah daun kurma. Mereka berusaha menjaga lembaran-lembaran tersebut sejenak di rumah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kemudian diserahkan kepada Umar Al Faruq, lalu diserahkan kepada Ummul Mukminin Hafshah. Setelah itu Utsman menganjurkan kepada Zaid dan seorang pria Quraisy untuk menulis mushaf Utsmani, yang pada saat ini di dunia telah diperbanyak, yang jumlahnya lebih dari satu juta mushaf, dan tidak ada kitab selain itu di tangan umat Islam. Segala puji bagi Allah.</div><div style="text-align: justify;">Zaid meninggal tahun 45 Hijriyah, dalam usia 56 tahun. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber: an-nubala</div></div>trans toolzhttp://www.blogger.com/profile/15867385633480145660noreply@blogger.com0