Asma’ binti Abu Bakar


cara-global.blogspot.com: Dia adalah Ummu Abdullah Al Qurasyiyyah At-Taimiyyah Al Makkiyyah, Al Madaniyyah.

Dia ibunda Khalifah Abdullah bin Az-Zubair. Dia saudara Ummul Mukminin Aisyah, dan dialah muhajirat yang terakhir meninggal dunia.

Dia meriwayatkan banyak hadits, usianya panjang, dan dikenal dengan gelar Dzatun-Nithaqain.

Umur Asma` lebih muda 10 tahun dari Aisyah. Ketika hijrah dia dalam keadaan mengandung Abdullah. Ada yang mengatakan bahwa giginya belum pernah ada yang rontok. 

Dia ikut menyaksikan perang Yarmuk bersama suaminya, Az-Zubair. 

Dia, ayahnya, kakeknya, dan anaknya (Ibnu Az-Zubair) adalah sahabat Nabi SAW. 
Asma` berkata: Rasulullah SAW bersabda, 

“Sesungguhnya aku menanti di atas telaga (al haudh) sambil melihat siapa di antara kalian yang datang meminta air dariku.”

Diriwayatkan dari Asma‘, dia berkata, “Aku pernah mempersiapkan bekal untuk Nabi SAW ketika beliau hendak hijrah, namun ketika itu aku tidak menemukan apa pun yang bisa digunakan untuk mengikat perbekalannya. Aku pun berkata kepada Ayahku (Abu Bakar), ‘Aku tidak menemukan tali kecuali jilbabku ini’. Ayahku berkata, ‘Robeklah jadi dua lalu gunakan untuk mengikat!’ Oleh karena itu, Asma` dijuluki Dzatun-Nithaqaini (pemilik dua jilbab).”

Diriwayatkan dari Asma‘, dia berkata, “Ketika Nabi SAW meninggalkan Makkah bersama Abu Bakar, Abu Bakar membawa semua hartanya sebanyak 5000 atau 6000. Lalu kakekku, Abu Quhafah, yang buta, mendatangiku seraya berkata, ‘Sesungguhnya dia tidak meninggalkan harta apa-apa untukmu’. Aku menjawab, ‘Tidak, beliau telah meninggalkan banyak uang untuk kita’. Setelah itu aku mengambil bebatuan, lalu aku meletakkannya ke dalam peti rumah, lantas aku menutupinya dengan kain. Kemudian aku letakkan tangannya di atas kain itu seraya berkata, ‘Ini yang ditinggalkan untuk kita’. Dia berkata, ‘Jika dia meninggalkan itu untukmu, maka itu sangat baik’.”

Urwah meriwayatkan dari Asma‘, dia berkata, “Az-Zubair menikahiku saat dia tidak memiliki apa-apa kecuali kuda. Aku kemudian melayaninya, memberinya makan, menumbuki makanannya, mencarikan air, dan membuatkan bubur. Aku membawa gandum yang dipanen dari tanah Az-Zubair yang telah diberikan Rasulullah SAW, di atas kepalaku sebanyak dua pertiga farsakh. Suatu hari aku datang dengan membawa gandum itu di atas kepalaku, lalu aku bertemu Rasulullah SAW saat sedang bersama yang lain. Beliau kemudian memanggilku dan berkata, ‘Kemari, kemari!’ Aku pun malu, lalu menyebut nama Az-Zubair dan rasa malunya.”

Asma‘ berkata, “Semua telah berlalu. Ketika aku datang, aku menceritakan peristiwa itu kepada Az-Zubair, maka dia berkata, ‘Demi Allah, kamu membawa gandum di atas kepala itu, lebih memalukan diriku daripada kamu naik unta bersamanya’. Setelah itu Abu Bakar mengirim seorang pembantu kepadaku, dan dialah yang menggantiku mengambil gandum tersebut, sehingga terasa seakan-akan dia telah memerdekakan diriku.”

Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Asma` berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Ibuku datang, sedangkan dia dalam keadaan senang, apakah aku boleh menemuinya?” Beliau menjawab, “Ya, temuilah ibumu!”

Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, bahwa ketika Az-Zubair menceraikan Asma, Urwah mengambilnya, padahal pada saat itu dia masih kecil.

Diriwayatkan dari Al Qasim bin Muhammad, dia berkata: Aku mendengar Ibnu Az-Zubair berkata, “Aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik daripada Aisyah dan Asma`. Keberadaan mereka berbeda; Aisyah mengumpulkan sesuatu , dan ketika telah mengumpulkannya dia meletakkannya di tempatnya. Sedangkan Asma` tidak pernah menyisakan sesuatu untuk besok.”

Diriwayatkan dari Manshur bin Shafiyyah, dari ibunya, dia berkata: Suatu ketika seseorang berkata kepada Ibnu Umar, “Asma` sedang berada di sisi masjid —yaitu ketika Ibnu Az-Zubair disalib— lalu dia merasa iba kepadanya, dia berkata, ‘Sesungguhnya raga ini tidak ada apa-apanya di sisi Allah, maka bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah’.”

Asma‘ berkata, “Tidak ada yang menghalangiku, karena kepala Yahya bin Zakaria telah dihadiahkan kepada orang-orang bani Israil yang kejam.”

Ibnu Sa’ad berkata, “Dia meninggal semalam setelah anak laki-lakinya yang baru berusia 17 tahun terbunuh, pada bulan Jumadil Ula tahun 73 Hijriyah.”

Menurut aku, dia penutup kaum Muhajirin dan Muhajirat.

Diriwayatkan dari Abu Ash-Shiddiq An-Naji, bahwa suatu ketika Al Hajjaj datang menemui Asma` dan berkata, “Putramu telah menjadi kafir di rumah ini dan Allah telah mengadzabnya dengan adzab yang pedih.” Mendengar itu, Asma` menjawab, “Kamu bohong! Dia sangat berbakti kepada ibunya, selalu berpuasa, dan bangun malam. Memang Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kami akan keluar dari Tsaqif dua orang pembohong, dan yang terakhir dari mereka lebih berbahaya dari yang pertama, yaitu Mubir.” 

sumber: an-nubala

Asma` binti Umais


cara-global.blogspot.co: Dia adalah putri Ma’bad Al Khats’amiyah, Ummu Abdullah. Dia termasuk sahabat yang hijrah pertama kali. 

Diriwayatkan bahwa Asma` telah masuk Islam sebelum Rasulullah SAW masuk ke Baitul Arqam. Sedangkan Ja’far Ath-Thayyar, suaminya, hijrah bersamanya ke Habasyah. Dia dikaruniai tiga orang putra, yaitu Abdullah, Muhammad, dan Aunan. 


Ketika dia dan suaminya berangkat ke Madinah pada tahun 7 Hijriyah, suaminya mati syahid dalam perang Mu’tah. Kemudian Abu Bakar Ash-Shiddiq menikahinya, dan mereka dikaruniai anak bernama Muhammad, pada saat ihram. Dia kemudian ikut saat melaksanakan haji Wada’. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq meninggal dunia, dia yang memandikan jasadnya. Setelah itu dia dinikahi oleh Ali bin Abu Thalib.

Diriwayatkan dari As-Sya’bi, dia berkata: Ketika Asma` datang dari Habasyah, Umar berkata kepadanya, “Wahai orang-orang Habasyah, kalian lebih dulu hijrah daripada kami.” Asma` berkata, “Demi Allah, kamu benar. Kalian bersama Rasulullah SAW memberi makan orang yang kelaparan di antara kalian, mengajari orang-orang bodoh, sementara kami sangat jauh dan terusir. Demi Allah, aku akan menceritakan masalah ini kepada Rasulullah SAW.” 

Setelah itu dia mendatangi beliau, lantas beliau bersabda, “Bagi yang lain hanya sekali hijrah, sedangkan kalian telah melakukan hijrah dua kali.”

Zakaria bin Abu Za‘idah berkata: Aku mendengar Amir berkata, “Ketika Ali menikahi Asma` binti Umais, kedua putranya, Muhammad bin Abu Bakar dan Muhammad bin Ja’far, merasa bangga, mereka berkata, ‘Aku lebih mulia darimu dan Ayahku lebih baik dari ayahmu’.” 

Zakaria bekata: Ali pernah berkata kepada Asma‘, “Putuskan antara mereka berdua.” Asma` lalu berkata, “Aku tidak pernah melihat pemuda Arab yang lebih baik daripada Ja’far dan aku tidak pernah melihat orang dewasa sebaik Abu Bakar.” 

Ali lantas berkata, “Kamu tidak menyisakan untukku sedikit pun. Seandainya kamu tidak mengatakan seperti itu, aku tentunya akan memarahimu.”

Asma‘ berkata, “Di antara ketiganya, kamulah pilihan yang paling ideal.”

Ali lalu berkata, “Wanita-wanita itu kadang membohongi kalian, tidak ada yang dapat dipercaya di antara mereka kecuali Asma` binti Umais.”
Dia masih diberi umur panjang setelah wafatnya Ali RA.

sumber: an-nubala

Ummu Umarah


cara-global.blogspot.com: Dia bernama asli Nasibah binti Ka’ab bin Amr.

Dia seorang wanita terhormat, mujahidah, berasal dari kelompok Anshar, berasal dari keturunan Khazraj, Al Maziniyyah Al Madaniyyah.

Saudaranya bernama Abdullah bin Ka’ab Al Mazini, pejuang perang Badar. Saudaranya bernama Abdurrahman yang terkenal suka menangis. 


Selain itu, Ummu Umarah ikut berbai’at pada malam Aqabah, ikut dalam perang Uhud, Hudaibiyah, Hunaian, dan Yamamah. Dia juga ikut berjihad dan melakukan banyak tugas hingga tangannya cacat.
Dhamrah bin Sa’id Al Mazini pernah berbicara tentang neneknya, bahwa ketika dia ikut perang Uhud, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Kedudukan Nasibah binti Ka’ab pada hari ini lebih baik daripada kedudukan fulan dan fulan.”

Dia sangat bersemangat dalam perang, hingga pakaiannya robek di bagian tengahnya dan terluka sebanyak tiga belas luka. Dia berkata, “Sesungguhnya aku benar-benar melihat Ibnu Qami’ah memukul pundaknya hingga menyebabkan luka parah, lalu dia diobati selama satu tahun. Kemudian ada seorang lelaki memanggil Rasulullah SAW, ‘Kemarilah untuk melihat Hamra` Al Asad (macan merah)’. Maksudnya adalah Ummu Umarah. Lalu Ummu Umarah mengencangkan pakaiannya, tetapi dia tidak bisa menghentikan kucuran darah.”

Diriwayatkan dari Umarah bin Ghaziyah, dia berkata: Ummu Umarah berkata, “Aku melihat pasukan kocar-kacir dan berhamburan dari sisi Rasulullah SAW, sehingga tidak tersisa kecuali segelintir orang yang jumlahnya tidak sampai sepuluh orang: aku, Anakku, suamiku (berada di samping beliau untuk melindungi beliau), sedangkan anggota pasukan yang lain terpukul mundur hingga kocar-kacir. Ketika itu beliau melihatku tidak membawa perisai. Ketika beliau melihat seorang pria mundur dengan membawa perisai, beliau bersabda, ‘Serahkanlah perisaimu kapada orang yang berperang!’ Dia pun melemparkannya kemudian aku mengambilnya dan menggunakannya untuk melindungi Rasulullah SAW. Sementara itu tentara berkuda berusaha menyerang kami. Seandainya mereka pasukan pejalan kaki seperti kami, tentu kami bisa mengalahkan mereka, Insya Allah.

Tiba-tiba seorang penunggang kuda datang memukulku, maka aku menyabetkan perisai kepadanya, tetapi tidak mengenainya. Aku lalu memukul kudanya dan mengenai pungungnya. Nabi SAW kemudian berteriak, ‘Wahai Ibnu Umi Umarah, lihat ibumu, lihat ibumu!’ Dia lantas menolongku mengalahkannya hingga aku memperoleh banyak harta rampasan.”

Diriwayatkan dari Muhammad bin Yahya bin Habban, dia berkata, “Pada saat perang Uhud, Ummu Umarah cedera sebanyak 12 luka. Saat perang Yamamah, tangannya terpotong  dan menderita 11 luka. Dia datang ke Madinah dalam keadaan terluka. Abu Bakar lalu menjenguknya untuk menanyakan perihal dirinya pada saat Abu Bakar menjadi khalifah.

Putra Ummu Umarah, yaitu Habib bin Zaid bin Ashim, orang yang dibunuh oleh Musailamah. Sedangkan putranya yang lain, yaitu Abdullah bin Zaid Al Mazini, yang menceritakan tentang tata cara Rasulullah SAW berwudhu, terbunuh pada waktu perang yang panas dan dialah yang membunuh Musailamah Al Kadzdzab dengan pedangnya. Selain itu, dia juga ikut dalam perang Uhud.

sumber: an-nubala

Shafiyyah (Bibi Rasulullah SAW)


Shafiyyah (Bibi Rasulullah SAW)


cara-global.blogspot.com: Dia adalah putri Abdul Muththalib dari bani Hasyim. Dia saudara kandung Hamzah, ibu penolong Nabi SAW, Az-Zubair, dan ibunya berasal dari bani Zuhrah. 

Dia menikah dengan Al Harits, saudara Abu Sufyan bin Harabi, tetapi dia meninggal dunia. Kemudian dia dinikahi oleh Al Awwam, saudara Khadijah binti Khuwailid, lalu melahirkan seorang putra bernama Az-Zubair, As-Sa‘ib, dan Abdul Ka’bah.

Yang benar adalah, tidak ada di antara bibi-bibi Nabi SAW yang masuk Islam kecuali Shafiyyah. Dia pernah disakiti oleh saudaranya, Hamzah, tetapi dia tetap sabar dan tabah. Dia juga termasuk wanita yang pertama kali hijrah. 

Shafiyyah meninggal tahun 20 Hijriyah dan dimakamkan di Baqi’ saat berusia sekitar 70 tahun.

sumber: an-nubala

Penguasa Al Maghrib


Penguasa Al Maghrib

cara-global.blogspot.com: Dia adalah As-Sulthan Al Malik Al Makmun Amirul Mukminin –seperti yang diperkirakan oleh Abu Al ula Idris Ibnu As-Sulthan Al manshur yakqub bin yusuf bin Abdul Mukmin bin Ali Al Qaisi.

Dia adalah seorang panglima yang pemberani dan berwibawa, cerdik dan pintar, ahli usul, penyair dan mempunyai keagungan. Dia di Andalus bersama saudaranya yang bernama Al Adil Abdullah, ketika bangsa
Eropa memberontak Adil meninggalkan Andalus, dan yang menjadi khalifah adalah Idris, dan beberapa peristiwa telah lama terjadi, kemudian dia diminta untuk menjadi pemimpin di Andalus, lalu dia berhasil mengalahkan Marrakusy lalu dia mengambil alih kerajaan dari yahya bin Muhammad anak pamanya, dan mereka sering bertemu, kemudian kekuatun Yahya melemah, setelah itu dia meminta bantuan kepada sebuah kaum untuk melindungi mereka dari kejahatan Tilmisan lalu di bunuh secara tiba-tiba, dan kekuasaan Idris pun semakin kokoh. dia adalah orang keras, dan suka menumpahkan darah,

Dia meninggal dalam peperangan pada tahun 630 Hijriyah, setelah itu anaknya yang bernama Ar-Rasyid menjadi raja selama 10 tahun.

Idris mempunyai risalah panjang di dalamnya dia menjelaskan kebohongan Mahdi dan kesesatanya, hal itu dinukil dari sejarahnya.

sumber: an-nubala

Abdullah


Abdullah

cara-global.blogspot.com: Dia anak seorang sultan Ya’qub bin Yusuf bin Abdul  Al Mukmin Al qoisi yang dijuluki dengan raja yang adil.
Dia adalah pengganti atas Andalus. Ketika Abdul wahid terbunuh, bangsa Eropa menyerbu Andalus, kemudian Al Adil menghadapinya, tetapi tentaranya kalah dan lari menuju Marrakusy dalam keadaan sial, setelah itu dia ditangkap oleh orang-orang Muwahhidin, kemudian yahya  Ibnu Sulthan Muhammad bin yusuf dibaiat menjadi sultan disaat rambutnya telah tumbuh. Lalu datang berita bahwa Idris anak dari sultan ya’qub telah memproklamirkan dirinya sebagai seorang pemimpin di Sevilla dan perkara ini pun menjadi besar
sehingga dia diblokade di Marrakusy. Penduduknya pun menjadi resah karenanya, lalu mereka mengeluarkanya, dan dia lari ke gunung Daron, kemudian sebuah kelompok telah bangkit bersamanya,lalu datang dan menguasai secara sempurna, setelah itu mengusir pembesar-pembesar Idris, dan sebagian mereka telah terbunuh, kemudian Ibnu Hud Al Hudzami menguasai Andalus dengan lalin, dan menyeruh pada bani Al Abbas, dan orang-orang  pun condong kepadanya, setelah itu Idris melarikan melewati Marrakusy, kemudian dia bertemu dengan yahya  dan dia berhasil mengalahkan yahya, lalu Yahya lari ke gunung, sementara itu kekuasaan Al Adil di tahun 20 H. Negaranya menjadi tempat pembunuhan massal yaitu di Thulaithulah, dan pada akhirnya Al Adil dibunuh secara mendadak, dan istananya yang berada di Marrakusy dikuasai. Setelah itu yahya menjadi raja kemudian diperangi oleh pamanya dan dia terbunuh.

sumber: an-nubala

Abdul Wahid


Abdul Wahid


cara-global.blogspot.com: Dia adalah putera sultan Yusuf Ibnu As-Sulthan Abdul Mukmin penguasa Al Maghrib.
Abdul wahid adalah seorang guru yang pintar, akan tetapi dia tidak berprilaku ramah pada anak buahnya, sehingga mereka memecat dan membunuhnya pada tahun 621 H, dan dia memerintah selama 9 bulan.

sumber: an-nubala

Putera Sultan Abdullah


Putera Sultan Abdullah

cara-global.blogspot.com: Dia adalah Sultan Al Mustanshir billah Abu Yakqub Yusuf bin Muhammad bin Yakqub Al Mukmini.
Dia memerintah Al Maghrib selama 10 tahun, ia berparas tampan, menguasai ilmu mantiq dan mumpuni dalam kepahlawanan.
Dia dilahirkan pada tahun 94, dan ia memerintah selama sepuluh tahun, yang kemudian mengabaikan masalah umat.

Dia meninggal pada tahun 620 Hijriyah, akan tetapi ia tidak mempunyai anak sehingga pemerintahan beralih tangan ke pamannya yang bernama Abdul Wahid.

sumber: an-nubala

Penguasa Al Gharb


Penguasa Al Gharb

cara-global.blogspot.com: Dia adalah Sultan Abu Abdullah Al Malik An Nashir Muhammad putera Sultan Ya’qub putera Sultan Yusuf bin Abdul Mukmin bin Ali Al qoisi. Ibunya berasal dari Rum, yang bernama Zahar.
Dia menjadi raja atas mandat perintah ayahnya, dia berambut pirang, bermata biru, halus pipinya, memiliki perawakan yang menarik, pendiam, pemberani, berwibawa, berpandangan tanjam, sabar, tidak suka membunuh, dan bicaranya gagap.
Gencatan senjata bangsa Eropa telah mereda, lalu bersama tentaranya Sultan menyeberangi Sevilla.
Setelah itu ia bergerak pada tahun 608 untuk memerangi lawan, lalu ia tinggal di benteng milik mereka, kemudian dia mengambilnya, setelah itu dia berjalan bersama Al Funsy kerajaan yang terpencil untuk memerangi penyembah salib, dan telah terkumpul para tentara.

sumber: an-nubala

Penguasa Irbil


Penguasa Irbil


cara-global.blogspot.com: Ia adalah seorang raja yang wara’, penguasa yang Agung, namanya adalah Muzhaffaruddin Abu Said Kukubri bin Ali bin Bukatkin bin Muhammad At-Turkmani Shahib Irbil dan anak dari penguasa Irbil, dan anak dari penguasanya yaitu raja Zainuddin Ali Kaujik, Kaujik adalah seorang yang lembut perangainya, ia adalah seorang yang pemberani, cerdas dan disegani, ia banyak menaklukkan negeri kemudian ia hibahkan untuk anak-anak penguasa Maushil, ia terkenal dengan kekuatannya yang sangat dahsyat, memiliki umur yang panjang, ketika ia wafat, anaknya menggantikannya dalam memerintah Irbil,
sedangkan umur anaknya masih sangat belia, Mujahiduddin Qaimaz diminta untuk menjadi Amirnya, tidak lama setelah menjadi Amir, ia berkeberatan dan menulis surat pernyataan bahwa ia tidak layak untuk memegang jabatan Amir tersebut, maka saudaranya, Zainuddin Yusuf menggantikannya sebagai Amir.
Muzhaffaruddin berangkat ke Baghdad tetapi ia tidak dihormati di sana, lalu ia beralih ke Maushil untuk bertemu dengan sahabatnya Saifuddin Ghazi bin Maudud, ia melewati kota Harran dan singgah di sana beberapa saat, kemudian menghubungi raja Shalahuddin melalui pelayannya, Muzhaffaruddin berperang bersama Shalahuddin, Shalahuddin menyukai kepribadiannya, maka Muzhaffaruddin pun dijadikan penguasa di Ruhha, dan dinikahkan dengan saudara perempuan Shalahuddin yang bernama Rabi’ah, keberanian Muzhaffaruddin semakin nampak pada peperangan Hiththin, raja Shalahuddin mengutus pertolongan untuk saudara Muzhaffaruddin, kemudian ia jatuh sakit dan meninggal dunia di Akka, raja Shalahuddin memberikan kepada Muzhaffaruddin kota Irbil dan Syahrzur, tetapi ia mengembalikan kota Harran dan Ruhha kepada Shalahuddin.
Muzhaffaruddin sangat gemar bersedekah, setiap hari ia membagi-bagikan berkuintal-kuintal roti, memberi pakaian kepada yang membutuhkannya dan juga membekali mereka dengan uang sebesar satu-dua dinar, ia membangun pula empat jembatan antara Az-Zamna dan Adhirra, ia pun sering mendatangi orang-orang yang berusia lanjut, untuk ditanyakan keadaan mereka, bercanda dengan mereka, dan menggembirakan mereka, Muzhaffaruddin membangun rumah untuk para wanita, anak-anak yatim, para pemulung, dan ibu-ibu menyusui. 
Muzhaffaruddin menjenguk setiap orang yang sakit di Al Bimaristan, ia mempunyai rumah khusus tamu, yang sering disinggahi para pendatang, tidak hanya itu, ia pun membekali setiap pendatang tersebut dengan bekal secukupnya. Muzhaffaruddin juga membangun sekolah untuk kalangan Syafi’iyyah dan Hanafiyyah dan juga memberikan beasiswa bagi orang-orang yang tidak mampu, maka para murid yang ingin belajar pun berdatangan dengan berduyun-duyun, ia tidak menemukan selain pada memberikan kepada orang lain, ia mencegah kemungkaran masuk ke dalam negeri yang dipimpinnya. Muzhaffaruddin membangun hubungan dengan para penganut sufi, ia rela keluar dari negerinya untuk belajar kepada para ulama sufi. Dalam setahun Muzhaffaruddin memberangkatkan haji para tetangganya dan membekali mereka dengan uang sebanyak 5000 Dinar, ia pun menjalankan air ke Arafah.
Dalam memperingati maulid, maka dapat kami gambarkan secara ringkas, orang-orang mendatangi maulid yang ia adakan dari segala penjuru, dari Irak dan negeri lainnya, dipasangkan kubah-kubah yang terbuat dari kayu yang diberikan hiasan untuknya dan para pejabat lainnya, di sana terdapat pula orang-orang yang memainkan lagu, setiap hari setelah shalat Ashar ia mendatangi dan melihat-lihat kubahnya tersebut, dan hal tersebut ia lakukan berhari-hari, dalam peringatan tersebut ia juga memotong sapi, unta, kambing dalam jumlah yang sangat besar, ia pun memberikan beberapa jubah kepada pengikut sufi, dan berceramah di tengah tanah yang lapang, ia menginfakkan harta yang sangat banyak. Ibnu Dahiyah menyusun kitab Maulid, maka Muzhaffaruddin memberikannya uang sebesar 1000 Dinar.
Muzhaffaruddin adalah seorang yang sangat tawadhu’, sering melakukan kebajikan ia mencintai ulama fikih dan ahli hadits, ia pun pernah memberikan uang kepada para penyair yang tidak mencantumkan kekalahannya dalam berperang, Ibnu Khallikan telah menyebutkan biografi Muzhaffaruddin dan lainnya dalam kitabnya.
Muzhaffaruddin wafat pada tahun 630 H di usianya yang ke-82, ia dimasukkan ke dalam peti dan dibawa oleh para jamaah haji ke Makkah, para jamaah kembali ke negerinya pada tahun yang sama dikarenakan tidak menemukan air di sana, Muzhaffaruddin  rahimahullah dimakamkan di Kufah. 
Ayah Muzhaffaruddin merupakan seorang yang diberikan panjang umur oleh Allah SWT, ia hidup lebih dari 100 tahun, ia mengalami kebutaan dan ketulian, ia juga merupakan pembesar Daulah Atabikiyah, dalam sejarah peperangannya, ia tidak pernah mengalami kekalahan sekalipun, Al Haish Baish memujinya dalam salah satu syairnya, “Aku tidak mengetahui apa yang engkau ucapkan, tetapi aku tahu bahwa engkau menginginkan sesuatu.” Kemudian Muzhaffaruddin memberikannya hadiah berupa jubah, kuda dan uang sebesar 500 Dinar.  

sumber: an-nubala

Abu Muhammad Ar-Rawabithi


Abu Muhammad Ar-Rawabithi


CARA-GLOBAL.BLOGSPOT.COM: Ia termasuk seorang ulama yang paling zuhud di Andalusia.
Ibnu Masdi belajar darinya, ia berkata, “Abu Muhammad wafat pada tahun 627 H, pada suatu hari ia bertamasya ke teluk Andalusia, dan menempati masjid sebagai tempat tinggalnya, Abu Muhammad memiliki berbagai karomah, ia pernah ditahan di Tortosa (sebuah kota di Andalusia), di dalam penjara, mereka memborgol dan membelenggu kaki Abu Muhammad, pada suatu malam sipir Nasrani berpatroli dan melihatnya sedang shalat, belenggunya terlepas di sampingnya, betapa terkejut sipir tersebut. 

Ketika pagi tiba, kakinya telah terbelenggu kembali, karena penasaran, malam berikutnya sipir tersebut mengawasinya kembali, dan ia kembali melihat seperti malam sebelumnya, maka sipir itu mengabarkan hal tersebut kepada para pendeta, mereka berkata, “Panggil Abu Muhammad ke hadapan kami!” sipir tersebut membawanya ke hadapan para pendeta, maka terjadilah perbincangan antara para pendeta dan Abu Muhammad, akhirnya pendeta puin berkata kepadanya, “Kami tidak dapat menahanmu, pergilah! Di Tharsus terdapat sebuah sungai yang diseberangi dengan perahu kecil, seorang tawanan memintanya untuk membawa ia ke seberang sungai tersebut, maka Abu Muhammad menceburkan diri dan membawanya hingga ke tengah sungai, orang-orang Nasrani sangat takjub, kisah ini pun langsung tersebar dimana-mana.

sumber: an-nubala